Penanganan Klien Penderita Keterbelakangan Mental
Penanganan
Klien Penderita Keterbelakangan Mental
1.
Occuppasional
Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk
melatih gerak fungsional
anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2.
Play
therapy (Terapi bermain)
Terapi yang diberikan
kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya: memberikan
pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain
jual-beli.
3.
Activity
Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri.
Untuk memandirikan anak
retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang
kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri
tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4.
Life
Skill (Keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan
layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak
diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi mental yang
memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup
mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan
keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat
hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia
industri dan usaha.
4.
Vocational
Therapy (Terapi Bekerja)
Selain
diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan kerja.
Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental
diharapkan dapat bekerja.
B.
Memahami
Karakteristik Anak Sulit Belajar
Anak
sulit belajar atau sering juga disebut sebagai anak pengidap Learning
Disabilities adalah anak yang mengalami hambatan
atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah
teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar
dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar
antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta
masalah sosial dan emosional.
Anak lamban belajar memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
Adanya ”academic retardation” atau ketidak sesuaian antara umur
mental dengan kemampuan sekolah
2.
Terjadinya pola perkembangan yang agak lain dari biasanya
3.
Terdapat atau tidak terdapat disfungsi system neurologist
4.
Adanya lingkungan yang tidak menguntungkan
Gangguan spesifik yang masuk dalam kelompok gangguan belajar khas
(”sulit belajar”) adalah:
1. Gangguan membaca ditandai dengan gangguan
kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat, pemahaman yang buruk,
sering banyak ditemukan pada anak laki-laki. Gangguan membaca sering menyertai
gangguan emosional dan gangguan perilaku lainnya terutama pemusatan perhatian
dengan hyperaktivitas, gangguan sifat menentang dan depressif.
2. Gangguan matematis dimana pencapaian nilai
matematika dibawah tingkat usia kronologis, kondisi akan nampak setelah anak
berusia sekitar 8 tahun.
Gangguan matematis sering menyertai gangguan yang memungkinkan komplikasi
kesulitan akademis, konsep diri yang buruk depresi dan frustasi, enggan masuk
sekolah, suka membolos dan menentang.
3. Gangguan ekspresi tulisan dibawah tingkat
usia kronologis, sering lupa menulis huruf, mulai nampak ketika belajar mengeja
kata sesuai tingkat usia, prestasi akademik yang buruk, sikap menentang dan
sukar untuk diatur, tidak memiliki tanggungjawab terhadap pekrerjaan sekolah,
suka membolos.
Karakteristik
hasil anak yang lamban belajar
1. Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6,
2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
Pernah tidak naik
kelas.
0 Response to "Penanganan Klien Penderita Keterbelakangan Mental"
Post a comment