Penanganan Anak Sulit Belajar
Penanganan
Anak Sulit Belajar
Erford mengemukakan bahwa penggunaan konseling yang berfokus pada
penyelesaian masalah merupakan cara yang direkomendasikan dan terbukti efektif
digunakan pada siswa sekolah menengah dan sekolah tinggi yang mengalami Learning Disabilities (Amatea, 1989; Littrell,
Malia, & Vanderwood, 1995). Pendekatan ini dapat diimplementasikan pada
konseling individu maupun kelompok. Thompson dan Littrell (dalam Erford, 2004)
menggunakan empat langkah dalam mengatasi permasalahan ini, yaitu:
a. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan masalah
b. Mendiskusikan
sebab, solusi dan hal yang ingin dicapai
c. Menggunakan
Pertanyaan Ajaib (contohnya: suatu malam ketika dirimu tertidur, ada suatu
keajaiban dan masalahmu teratasi. Bagaimana anda mengetahuinya? Hal apa yang
menjadi berbeda? Bagaimana orang tua, teman, maupun guru anda mengetahuinya
tanpa anda ceritakan?)
d. Meminta
siswa untuk menentukan tugas atau aktivitas untuk mencapai tujuan yang ia
inginkan.
Untuk siswa sekolah dasar, teknik permainan,
seni, music dan menulis dapat digunakan dalam konseling individu guna membantu
mereka mengungkapkan perasaan mengenai ketidakmampuannya, pengalaman yang
berkaitan dengan sekolah, konflik sebaya dan kesulitan-kesulitan keluarga
(Lockhart, 2003; Newsome, 2003). Intervensi ini memerlukan situasi yang bebas
tekanan dan kreativitas sehingga siswa dapat beradaptasi dengan pengembangan
tingkat, kebutuhan dan hal-hal unik dalam diri mereka (Newsome, 2003).
Beberapa sumber menyebutkan bahwa dinamika
kelompok mungkin lebih efektif daripada konseling individual dalam membantu
siswa dengan Learning Disabilities,
menyentuh masalah-masalah di bidang pribadi, sosial, dan kepercayaan diri
karena menyentuh interaksi dengan siswa lainnya secara alami (Elbaum &
Vaughn, 2001; Lombana, 1992). Kelompok belajar yang di dalamnya terdapat siswa
dengan tingkat kelas bervariasi dapat membantu siswa lamban belajar dalam
meningkatkan kemampuan akademiknya.
Selain itu, teknik lain adalah dengan
menggunakan pendekatan kognitif-behavioral. Pendekatan ini dapat digunakan
untuk menghilangkan perilaku rendah diri dan meningkatkan kepercayaan diri dan
kontrol internal pada siswa yang lamban belajar. Intervensi ini dilakukan dalam
tujuh kali dengan sesi waktu setengah jam per minggu dan memfokuskan pada
membantu siswa dalam mengidentifikasi perilaku rendah dirinya, dampak perasaan
yang muncul karena perilakunya, dan pilihan untuk menghilangkannya.
Strategi-trategi lain dalam pendekatan
kognitif-behavioral untuk membantu anak yang sulit belajar, antara lain:
a.
Dengan memberikan
hadiah (Reward), Biasanya cara ini sedikit ampuh di kalangan anak-anak.
Karena jika anak tersebut memperoleh prestasi sesuatu dia akan di hadilla oleh
ortunya.
b.
Dengan memberikan
hukuman (Punishment), Cara ini biasanya dapat menimbulkan persepsi
negatif pada anak tersebut terhadap belajar. Jira kondisi ini diberikan
terus-menerus maka akan menimbulkan masalah terhadap emosi dan prilakunya
sebagai akibatnya, anak akan merasa cemas, depresi, fobia sekolah, dsb.
c.
Dengan cara
sambil bermain, Karena bagi anak bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan atau kepuasan. Dan dari bermain itulah anak-anak banyak
memperoleh informasi yang lebih. Tema pertama dalam bermain anak adalah social,
emocional, kognitif dan motorik. Tujuan dari bermain ini anak-anak akan mendapatkan
5A yaitu:
a.
Affection (rasa
dicintai)
b.
Acceptance (rasa
diterima)
c.
Attention
(perhatian dan perawatan)
d.
Approval
(desempatan melakukan hal-hal yang disenangi)
e.
Appreciation
(penghargaan yang tepat atas hasil kerja dari minat si anak)
d.
Perulangan
Cara ini yaitu seorang pendidik harus mengulang terus yang telah
diberikan, supaya anak didiknya tidak mudah lupa dan cepat menangkap pelajaran
yang telah diberikan.
0 Response to "Penanganan Anak Sulit Belajar"
Post a comment