Paradigma Sosial Kognitif Dalam Pendidikan
Paradigma Sosial Kognitif Dalam Pendidikan
Journalpapers ~ Bredo (1997) mengembangkan paradigma ini dengan memanfaat kan psikologi fungsional dan filsafat pragmatisme dari karya James, Deway dan Mead. Ia juga mengaitka dengan nilai-nilai demokratik serta pemikiran behavioristik. Asumsi dasarnya dibangun berdasarkan prinsip bahwa individu selalu berdialog dengan lingkungannya.
Dalam paradigma social kognitif, pembelajaran disetting sedemian rupa sehingga siswa bisa menggunakan sistem pengetahuan yang dimlikinya dan digunakan untuk berdialog dengan lingkungan. Pembelajaran atau pemikiran dilakukan melalui tindakan yang bisa mengubah situasi. Situasi yang berubah mengubah cara pembelajaran yang dilakukan siswa. Gagasan yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran adalah aktifitas yang difasilitasi yang didalamnya terdapat bentuk – bentuk ragam budaya yang ada menjadi faktor penting.
Dengan demikian pembelajaran dalam perspektif ini dapat diartikan
sebagai aktifitas sosial dan kolaborasi. Didalamnya siswa mengembangkan
pemikirannya bersama – sama. Kelompok kerja bukan soal pilihan tambahan.
Pembelajaran dilakukan secara parsipatoris. Apa yang dipelajari bukan hanya
yang dimiliki individu namun sesuatu yang bisa dibagikan dengan orang lain, dan
oleh karena itu paradigma ini disebut dengan ‘distributed cognition’ pemikiran
yang terbagikan.
Selebihnya, paradigma sosial kognitif dirinci dengan baik oleh Mclnerney dan Mclnerney sebagai berikut :
a.
Alat penyampaian materi
1.
Melakukan display model
2.
Berfokus pada siswa
b.
Aktivitas/metodologi
- Metode
rinci, tahap demi tahap mengikuti model
- Penjelasan
dan pemberian informasi verbal
- Bahan
instruksional disusun secara teratur dan menarik
- Memberikan
kesempatan siswa untuk memahami dan menyajikan kembali materi pembelajaran
c.
Motivasi dan tujuan
- Membuat
instrumen reinforcement
- Menekan
dorongan instrinsik maupun reinforcement
- Menguasai
perilaku yang ditentukan dan mentransformasikannya dalam situasi baru
d.
Evaluasi
- Melakukan
evaluasi formative secara terus menerus dan memberi respon terhadap umpan
balik secara langsung
- Mereproduksi
pendorong kepuasan yang diperlukan untuk membentuk perilaku
- Menggunakan skill yang diperlukan dalam situasi yang sama maupun yang baru melalui transformasi
Filosofi Pendidikan Nasional
ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
A.
Empirisme
Aliran empirisme merupakan aliran yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangkan manusia. Aliran ini
menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan
pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak dipentingkan. Tokoh utama
aliran ini adalah filsuf Inggris bernama John Lock yang menggembangkan paham
Rasionalisme pada abad ke-18. Teori ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke
dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong yang belum ditulisi
atau dikenal dengan istilah “tabularasa” (a blank sheet of paper)
B.
Nativisme
Paham ini menentang paham Empirisme
yang dikemukakan John Lock. Nativ (dari bahasa latin) memiliki arti terlahir.
Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf Jerman Schopenhauer
(1788-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya asing-masing.
Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk
C.
Naturalisme
Paham Naturalisme dipelopori oleh
seorang filsuf Prancis J.J. Rousseaue yang muncul pada abad ke-18. Nature dalam
bahasa latin memiliki makna Alam. Berbeda dengan Schopenhaeuer, Rousseaue
berpendapat setiap anak yang baru dilahirkan pada hakikatnya memiliki pembawaan
baik. Namun pembawaan baik yang terdapat pada setiap anak itu akan berubah
sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat
berupa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, atau lingkungan masyarakat di
sekitar dimana anak tumbuh dan berkembang
D. Konvergensi
Konvergensi artinya titik pertemuan.
Pelopor aliran Konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli ilmu
jiwa berkebangsaan Jerman. Ia mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan
pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk. Aliran ini menyampaikan bahwa
bakat dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
lingkungan yag sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan
yang baik pun sulit menggembangkan potensi anak secara optimal apabila tidak
terdapat bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang diharapkan anak tersebut.
Dengan demikian, paham ini menggabungkan antara pembawaan sejak lahir dan
lingkungan yang menyebabkan anak mendapatkan pengalaman
0 Response to "Paradigma Sosial Kognitif Dalam Pendidikan"
Post a Comment