Memahami Klien Pengidap Hiperaktifitas
Memahami
Klien Pengidap Hiperaktifitas
Depdikbud (1995:353) hiperaktif berarti sifat
yang sangat aktif. Hiperaktif berasal dari kata hiper dan aktif.
Hiper berarti diluar atau terlampau
melampaui batas, sedangkan aktif berarti giat beraksi.
Hasil semiloka (1998:15) menjelaskan anak
hiperaktif adalah istilah yang saat ini digunakan untuk menggambarkan anak yang
memiliki pola perilaku yang berhubungan dengan kekurangan dalam keberhasilan
anak dalam mempertahankan perhatian, mengontrol dorongan, dan mengatur
aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi tuntutan-tuntutan situasional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa hiperaktif adalah suatu tindakan
atau perilaku seseorang yang sangat berlebihan dan melampaui batas kewajaran karena adanya kekurangan dalam keberhasilan mempertahankan perhatian, mengontrol dorongan dan mengatur
aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi sekitarnya dengan
harapan dapat menarik perhatian orang lain di sekitarnya.
Ketika
berbicara tentang hiperaktivitas, maka kita juga perlu membicarakan tentang AD/HD.
AD/HD (Attention Deficits and
Hyper-activity Disorder) adalah gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan
hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan). Gangguan ini juga
dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH).
Manifestasi gangguan ini dapat kita temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang
tampak.
AD/HD sendiri sebenarnya adalah kondisi
neurologis (terkait dengan syaraf) yang menimbulkan masalah dalam pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas-impulsivitas, yang tidak sejalan dengan
perkembangan usia anak. Jadi ADHD lebih pada kegagalan perkembangan fungsi
sirkuit/jaringan otak yang bekerja menghambat monitoring dan kontrol diri,
bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya
regulasi diri ini menganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian,
termasuk kemampuan membedakan antara imbalan yang segera diterima dengan
keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen
bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga
karena gangguan di kepala seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan
sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Umumnya seseorang yang memiliki
ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang
berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness),
hiperaktif (hyperactivity) dan
impulsif (impulsiveness). Berikut
adalah penjelasan mengenai tiga tipe kurang perhatian dan hiperaktif:
1.
Tipe
Kurang Perhatian
Tanda yang paling jelas
terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu
yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas
atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan
apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa
2.
Tipe
Hiperaktif-Impulsif
Anak akan terlihat gelisah
atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya
dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan
sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa
saat atau cenderung bicara secara berlebihan
3.
Tipe
Kombinasi
Tipe ini merupakan gabungan dari tipe pertama dan
kedua.
Gangguan hiperaktif pada anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) umumnya baru diketahui
ketika anak sudah bersekolah. Tapi ada ciri-ciri ADHD yang muncul sebelum ia
masuk sekolah. Komorbiditas biasanya juga terjadi dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders).
Szatmari, Offord, dan Boyle (dalam Grainger 2003) menyebutkan sebanyak 20-40%
anak penderita ADHD juga didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Sejalan hal
ini, Stewart, Cummings, Singer, dan DeBlois (dalam Grainger, 2003) menemukan
bahwa 3 dari 4 anak dengan gangguan perilaku agresif ternyata juga hiperaktif,
dan 2 dari 3 anak hiperaktif juga mengalami gangguan perilaku.
Secara akademis, anak yang
mengalami masalah dengan perilaku biasanya mengalami kesulitan untuk dididik di
lingkungan kelas yang “tradisional” sehingga prestasi akademiknya rendah dan
mereka seringkali didiagnosis mengalami kesulitan belajar. Riset juga
menunjukkan gangguan perilaku berhubungan dengan tingkat membolos dan drop out
(DO) dari sekolah (Jimerson, et.al., 2002). Berikut ini gejala AD/HD
berdasarkan riwayatnya:
1.
Masa bayi.
Memiliki
gejala seperti (1) Anak serba sulit, (2) Menjengkelkan, (3) Serakah, (4) Sulit tenang, (5) Sulit tidur dan (6)Tidak ada nafsu
makan
2.
Masa
prasekolah.
Pada
masa prasekolah dapat diketahui melalui gejala sebagai berikut: (1) terlalu aktif, (2) keras kepala, (3) tidak pernah merasa puas,
(4) suka menjengkelkan, (5) tidak bisa diam, dan (6) sulit
beradaptasi dengan lingkungan.
3.
Usia sekolah
Pada
usia sekolah gejala AD/HD dapat diketahui melalui (1) sulit berkonsentrasi, (2) Sulit memfokuskan perhatian
dan (3) Impulsif.
4.
Remaja
Pada
usia remaja dapat diketahui gejala bagi anak yang mengalami gangguang AD/HD
adalah (1) tidak dapat tenang, (2) sulit untuk
berkonsentrasi dan mengingat, (3) tidak konsisten dalam sikap dan penampilan.
Di bawah ini ada beberapa ciri khusus yang dapat
orang tua deteksi perilaku hiperaktif anak pada setiap fase perkembangannya.
1. Akhir
tahun pertama sebelum masuk sekolah (pada saat Balita) perilaku Attention
deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) yang ada pada anak belum bisa
terdeteksi secara nyata, tetapi bila mereka menunjukkan tingkah laku gelisah
dalam melakukan suatu aktifitas tertentu maka orang tua sebenarnya harus bisa
memberikan perhatian serius.
2. Pada
masa pra sekolah, gejala ADHD-nya mulai nampak. Misalnya tidak mampu
mengerjakan suatu tugas yang ringan, tidak mampu bergaul dengan teman atau cuek
terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Pada
masa sekolah jika tidak mendapatkan perhatian serius maka defisiensi yang di
derita anak akan bertambah sehingga kondisinya bisa lebih parah dari masa
sebelumnya. Langkah terbaik untuk masa ini adalah anak perlu diperhatikan
kondisi emosinya seawal mungkin oleh orang tua sebelum masuk sekolah.
4. Jika
pada tiga fase sebelumnya tidak diperhatikan secara serius, maka pada masa
remaja awal (SLTP) anak yang menderita ADHD tidak dapat berhasil dalam belajar.
Kondisi ini yang menyebabkan seorang remaja tidak dapat melanjutkan pendidikan
ke sekolah yang lebih tinggi nantinya.Alasan yang sangat nyata adalah karena
prestasi belajar anak hiperaktif yang sangat rendah. Kondisi ini
lebihdisebabkan karena anak hiperaktif mengalmi deficit dalam perhatian.
5. Pada
masa dewasa seorang yang masih menderita ADHD mengalami masalah dalam hubungan
interpersonal seperti, kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain (minder)
tidak percaya diri, tidak mempunyai konsep diri yang jelas, selalu tampak
depresi atau stress, memiliki perilaku anti sosial, dan selalu merasa tidak
mantap dengan tugasnya atau pekerjaannya. Jadi ADHD yang tidak teratasi akan
terbawa sampai masa dewasa.
Sedangkan Erford dalam bukunya
“Professional School Counseling a Handbook of theories, Program and
Practices” (2004: 487) menjelaskan
bahwa gejala atau kriteria anak yang mengalami gangguan AD/HD terbagi menjadi
dua jenis, yaitu jenis kurang perhatian dan hiperaktif. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1.
AD/HD Jenis Kurang Perhatian
a.
Sering
gagal untuk memberikan perhatian dekat dengan rincian atau membuat
kesalahan ceroboh dalam kegiatan sekolah, sering mengalami
kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas atau kegiatan
bermain
b.
Sering tampaknya
tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung
c.
Sering
tidak menindaklanjuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, tugas, atau tugas-tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku oposisi atau kegagalan untuk memahami instruksi)
d.
Sering mengalami
kesulitan mengorganisir tugas dan aktivitas
e.
Sering menghindari,
tidak menyukai, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental terus menerus (seperti sekolah
atau pekerjaan rumah)
f.
Sering
kehilangan hal yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan (misalnya, mainan, tugas
sekolah, pensil, buku atau alat)
g.
Sering mudah
terganggu oleh rangsangan asing
h.
Sering pelupa
dalam kegiatan sehari-hari
2.
AD/HD Jenis Hiperaktif-Impulsif
a.
Sering gelisah
dengan tangan atau kaki atau menggeliat di kursi
b.
Sering meninggalkan
tempat duduk dalam kelas atau dalam situasi lain di
mana duduk tersisa diharapkan
c.
Sering berjalan
sekitar atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
tepat (pada remaja atau orang dewasa, mungkin terbatas
pada perasaan kegelisahan secara subjektif)
d.
Sering
memiliki kesulitan bermain atau terlibat dalam kegiatan
rekreasi santai
e.
Sering "di
perjalanan" atau sering bertindak seolah-olah "digerakkan
oleh mesin"
f.
Sering berbicara
berlebihan
g.
Sering menyela jawaban
sebelum pertanyaan selesai diajukan
h.
Sering mengalami
kesulitan menunggu giliran
i.
Sering menyela (dalam
percakapan atau permainan)
Brock E Stephen, Shane R Jimerson dan Robin L Hansen (2009: 10)
menjelaskan mengenai faktor penyebab anak mengalami gangguan kurang perhatian
dan hiperaktif, yaitu:
1.
Faktor neurologic
a.
Insiden hiperaktif
Insiden
hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu
faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang
terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif
b.
Terjadinya perkembangan otak
yang lambat.
Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang
bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara
proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2.
Faktor Toksik
Beberapa
zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam
serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol,
terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3.
Faktor Genetic
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
4.
Faktor psikososial dan
lingkungan
Pada
anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya.
Berdasarkan
beberapa penjelasan mengenai faktor penyebab anak mengalami gangguan kurang
perhatian dan hiperaktif dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan anak
mengalami gangguan kurang perhatian dan hiperaktif ada empat yaitu faktor
neurologic, genetic, lingkungan / psikososial dan toksik
0 Response to "Memahami Klien Pengidap Hiperaktifitas"
Post a comment