Masalah dan Penanganan Klien Penderita Hiperaktif
Masalah
dan Penanganan Klien Penderita Hiperaktif
Masalah-masalah yang biasa dialami oleh anak hiperaktif terbagi
menjadi masalah yang di alami anak di sekolah, di rumah, kemampuan berbicara
dan masalah fisik. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Masalah di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap
materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak
ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan
berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara
sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak
dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis,
bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan
motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
2.
Masalah di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih
mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan
psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti
sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi
terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.
Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya
tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering
dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang
tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik,
bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi
ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi
stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi
lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep
diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak
mampu, dan ditolak.
3.
Masalah berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian
membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif
cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara
secara tepat.
4.
Masalah fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang
tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang
anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun
pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga
beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan
sebagainya.
Beberapa permasalahan di atas akan bertambah kompleks apabila
tidak ada penanganan. Keterlambatan dalam menangani atau mengenali gejala
kurang perhatian dan hiperaktif dapat berakibat buruk pada anak. Yang lebih
buruk, jika anak dibiarkan dan tak ditangani dengan tepat sedini mungkin.
Sebab, kondisi ini bisa berlanjut hingga dewasa dan menjadi gangguan
kepribadian. Penelitian menunjukkan, banyak anak hiperaktif yang tak dideteksi
dan ditangani sejak awal, setelah dewasa menjadi orang-orang yang mengalami
gangguan. Antara lain, ketergantungan obat, antisosial, dan sebagainya.
Guru, orangtua, administrator dan konselor sekolah
professional dapat membuat berbagai strategi untuk membantu siswa dengan AD/HD
mengalami kesuksesan akademik dan perilaku di sekolah dan dirumah.
Strategi-strategi ini biasanya ditujukan untuk mengurangi gejala yang tidak
tepat disatracbility / disorganisasi dan impulsive / hiperaktif. Beberapa
terapi yang dapat dilakukan untuk anak hiperaktif yaitu :
1. Terapi
Bermain
Terapi bermain sering
digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD. Melalui proses bermain
anak-anak akan belajar banyak hal, diantaranya :
a. Belajar
mengenal aturan.
b. Belajar
mengendalikan emosi
c. Belajar
menunggu giliran
d. Belajar
membuat perencanaan
e. Belajar
beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain.
2. Terapi
Medis
Beberapa bukti ilmiah
menunjukkan bahwa ADHD berhubungan dengan fungsi otak, terutama pada bagian
yang bertanggung jawab mengatur pemusatan perhatian, konsentrasi, pengaturan
emosi, dan pengendalian perilaku. Terapi medis biasanya berupa pemberian
beberapa macam obat dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan
perhatian dan mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.
3. Terapi
Back in Control
Beberapa penelitian terakhir
membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan ADHD adalah
dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Program
terapi “Back in Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini
berbasis pada sistem yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada
keinginan anak untuk patuh. Program ini lebih cenderung ke sistem training bagi
orang tua yang diharapkan dapat menciptakan sistem aturan yang berlaku di rumah
sehingga dapat mengubah perilaku anak.
4.
Terapi Farmakologi
Rencana
pengobatan harus dibuat secara individual, tergantung gejala dan efeknya terhadap
kehidupan sehari-hari. Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa kombinasi
obat dan terapi lain memberi hasil paling baik.
Pengobatan diberikan bila gejala impulsivitas, agresivitas, dan hiperaktivitas cukup berat sehingga menyebabkan gangguan di sekolah, di rumah, atau hubungan dengan teman. Pengobatan bertujuan menghilangkan gejala dan sangat memudahkan terapi psikologis. Lamanya pengobatan tergantung ada atau tidaknya gejala yang ingin dihilangkan.
Pengobatan diberikan bila gejala impulsivitas, agresivitas, dan hiperaktivitas cukup berat sehingga menyebabkan gangguan di sekolah, di rumah, atau hubungan dengan teman. Pengobatan bertujuan menghilangkan gejala dan sangat memudahkan terapi psikologis. Lamanya pengobatan tergantung ada atau tidaknya gejala yang ingin dihilangkan.
5.
Terapi Perilaku
Terapi
psikososial/perilaku, seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat dianjurkan
sebagai terapi awal bila gejala ADHD cukup ringan, diagnosis ADHD belum pasti,
atau keluarga memilih terapi ini. Namun, untuk jangka panjangnya, terapi
perilaku saja tidak cukup dalam menangani ADHD.
6.
Terapi Kombinasi
Inilah
terapi yang diyakini terbaik karena dibarengi dengan makan obat, sedangkan
terapi perilaku dapat membantu pengelolaan gejala-gejala ADHD dan mengurangi
dampaknya pada anak.
Cara
terbaik adalah bekerja sama dengan seorang terapis berpengalaman dalam masalah
perilaku, lalu rajin berkonsultasi dengan dokter yang fokus menangani anak ADHD
untuk memonitor perkembangan anak. Demi efektivitas program,
sebaiknya orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan proses
yang sama bagi anaknya ketika dia di sekolah. Orang tua harus selalu melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten atas program yang
dijalankan. Begitu juga ketika program ini dilaksanakan bersama-sama dengan
pihak sekolah maka orang tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan
petugas di sekolah untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi.
Dalam program ini, yang harus dilakukan orang
tua adalah :
1. Definisikanlah
aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas mungkin sehingga pengasuh
pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa banyak penyimpangan.
2. Jalankan
aturan tersebut dengan ketat
3. Jangan
memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap aturan itu. Jalankan saja
sesuai yang sudah ditetapkan
4. Jangan
pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan kata-kata kunci yang
tidak akan diperdebatkan
Adapun
peranan konselor dalam menangani anak yang mengalami ADHD yaitu apabila
disebabkan karena faktor psikologis konselor dapat memberikan bantuan layanan
awal secara penuh (berperan penuh). Namun apabila disebabkan karena faktor
neurologis konselor berperan sebagai “P3K” untuk selanjutnya direferalkan pada
psikiater atau dokter. Pada anak-anak yang mengalami ADHD dengan IQ rata-rata
bawah sampai 85, mereka tidak perlu di sekolahkan di sekolah khusus tetapi
mereka bisa dimasukkan ke sekolah umum.
0 Response to "Masalah dan Penanganan Klien Penderita Hiperaktif"
Post a Comment