Etiologi / Penyebab Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Etiologi / Penyebab Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD)
a. Faktor-faktor
resiko
Terdapat beberapa faktor resiko
PTSD. Memiliki kejadian traumatis yang dialami, prediktor PTSD mencakup ancaman
yang dirasakan terhadap nyawa, berjenis kelamin perempuan, pemisahan dari orang
tua dimasa kecil, riwayat gangguan dalam keluarga, berbagai pengalaman traumatis
sebelumnya dan gangguan yang dialami sebelumnya ( suatu gagguan anxietas atau
depresi ).( Breslau dkk, 1997,1999).
Memiliki intelegensi tinggi
tampaknya menjadi faktor protektif, mungkin karena hal itu diasosiasikan dengan
keterampilan coping yang lebih baik ( macklin dkk,1998). Prevalensi PTSD juga
meningkat sejalan dengan parahnya kejadian traumatik: sebagai contoh, semakin
tinggi pengalaman dalam pertempuran, semakin besar resikonya. Diantara mereka yang memiliki riwayat gangguan dalam
keluarga, bahkan sedikit pengalaman pertempuran menyebabkan tingkat kejadian PTSD yang tinggi ( Foy dkk, 1987 ).
Simtom-simtom disosiatif pada saat
trauma juga meningkatkan kemungkinan terjadinya PTSD ( Ehlers dkk, 1998 ). Disosiasi dapat memiliki peran dalam menetapnya
gangguan karena mencegah pasien menghadapi ingatan tentang trauma tersebut.
Menurut keane dan koleganya ( 2006 )
mengelompokan faktor resiko PTSD kedalam 3 kategori, yaitu:
·
Faktor yang
sudah ada dan unik bagi setiap individu,
Faktor yang sudah ada, seperti kontribusi genetis,
jenis kelamin seperti; para pria lebih berpeluang mengalami trauma ( seperti
pertarungan ) sedangkan para wanita lebih berpeluang mengalami PTSD.
·
Faktor yang
terkait dengan kejadian traumatis
Berasal dari penyebab terjadinya kejadian taumatis.
Salah satu contohnya yaitu: pengalaman cedera tubuh. Dalam suatu penelitian,
tentara yang terluka lebih berpeluang menggalami PTSD mereka yang terlibat
dalam pertempuran yang sama, namun tidak terluka ( Koren dkk, 2005 ).
·
Kejadian-kejadian
yang mengikuti pengalaman traumatis.
Faktor
ketiga, yaitu berfokus pada apa yang
terjadi setelah mengalami trauma.
b. Faktor
psikologis
Para teoris belajar berasumsi bahwa
PTSD terjadi karena pengondisian klasik terhadap rasa takut ( Fairbank &
Brown , 1987 ). Seorang wanita yang pernah diperkosa, contohnya, dapat merasa
takut untuk berjalan di lingkungan tertentu ( CS ) karena diperkosa di sana (UCS). Berdasarkan rasa takut
yang dikondisikan secara klasik tersebut, terjadi penghindaran yang secara
negatif dikuatkan oleh berkurangnya rasa takut yang dihasilkan oleh
ketidakberadaan dalam CS.
Suatu teori psikodinamika yang
diajukan oleh Horowitz ( 1986, 1990 ) menyataka bahwa ingatan tentang kejadian
traumatik muncul secara konstan dalam pikiran seseorang dan sangat menyakitkan
sehingga secara sadar mereka mensupresikanya atau merepresinya.
c. Faktor biologis
Sejarah kecemasan keluarga
menunjukan adanya kerentanan biologis menyeluruh untuk PTSD. True dan
kawan-kawan (1993) melaporkan bahwa, dengan adanya paparan pertempuran yang
sama banyaknya dan dengan memiliki kembaran yang mengalami PTSD, seorang
pasangan kembar monozigot (identik) memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mengembangkan PTSD dibanding pasangan kembar dizigot. Ini menunjukan adanya
pengaruh genetik tertentu dalam perkembangan PTSD.
d. Faktor sosial dan kultural
Faktor sosial dan kultural berperan
penting dalam pengem-bangan PTSD ( misalnya, Carroll Dkk, 1985 ). Hasil-hasil dari sejumlah studi
dengan sangat konsisten menunjukan bila kita memiliki sekelompok orang yang
kuat dan suportif, maka kemungkinan kita untuk mengembangkan PTSD setelah
mengalami trauma akan jauh lebih kecil. Semakin luas dan mendalam jaringan
dukungan sosial, semakin kecil peluang untuk mengembangkan PTSD.
Contoh peristiwa traumatis
yang dapat menyebabkan Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD) meliputi:
§ Perang
§ Bencana alam
§ Mobil atau pesawat crash
§ Serangan teroris
§ Mendadak kematian orang yang dicintai
§ Perkosaan
§ Penculikan
§ Penyerangan
§ Seksual atau pelecehan fisik
|
2. Dampak / Reaksi Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD)
a. Dampak Emosional
·
Kaget
·
Marah
·
Sedih
·
Mati rasa
·
Merasa dihantui
·
Bersalah
·
Duka yang mendalam
·
Terlalu perasa
·
Merasa tidak berdaya
·
‘Tumpul’ dan tak lagi mampu merasa senang
serta bahagia dengan aktifitas sehari-harinya
·
Disosiasi, berupa
keberulangan dalam pikiran tentang bencana yang telah terjadi, merasa terpaku
dan dikendalikan oleh kejadian-kejadian, atau keterpakuan pada bencana.
b. Dampak fisik
·
Kelelahan fisik yang sangat
·
Sulit atau bahkan tidak bisa
tidur
·
Gangguan tidur
·
Sangat mudah tersentuh
perasaan dan ingatannya
·
Keluhan-keluhan yang
mengarah pada gangguan syaraf
·
Sakit kepala
·
Reaksi-reaksi yang menggambarkan kegagalan sistem
kekebalan tubuh
·
Selera makan terganggu
·
Libido meningkat atau justru
menurun drastic
c. Dampak kognitif
·
Sulit atau tak bisa lagi
berkonsentrasi
·
Tidak mampu membuat keputusan-keputusan
·
Gangguan mengingat
·
Sulit mempercayai informasi-informasi
·
Kebingungan
·
Mudah teralihkan atau
perhatian mudah terpecah
·
Menurunnya penilaian terhadap keadaan diri
·
Menurunnya penilaian terhadap kemampuan diri
·
Menyalahkan diri sendiri
·
Merasa mudah diganggu oleh
pikiran ataupun ingatan
·
Khawatir atau cemas
d. Dampak Interpersonal
·
Membatasi dan menarik diri
·
Menghindar dari relasi-relasi sosial yang ada
·
Meningkatnya konflik dalam
berhubungan dengan orang lain
·
Keterlibatan dan prestasi kerja menurun
·
Keterlibatan dan prestasi di
sekolah menurun
REFERENSI
Durand dan Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal (Essentials Of Abnormal Psychology). Yogyakarta: Pustaka Belajar
Erford, T. 2004. Professional School Counseling: a Handbook of Theories, Programs & Practices. Texas: CAPS Press.
Rusmana, Nandang, dkk. (2007), Konseling Pasca Trauma Melalui Terapi Permainan Kelompok : Laporan Penelitian Hibang Bersaing, Bandung : FIP UPI. Tidak diterbitkan.
Schiraldi, Glenn R. 2000. The Post Traumatic Stress Disorder, Sourcebook, Guide to Healing, Recovery, and Growth. Boston: Lowell House.
0 Response to "Etiologi / Penyebab Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)"
Post a Comment