STANDART PROFESI: ETIK, AKREDITASI DAN KREDENSIAL
STANDART PROFESI: ETIK, AKREDITASI DAN KREDENSIAL
A.
Etika
Konselor profesional tidak cukup hanya
memiliki ilmu, keterampilan dan kepribadian belaka, akan tetapi harus pula
memahami dan mengaplikasikan kode etik konseling (KEK). Kebutuhan kode etik
menjadi urgen ketika kita dihadapkan pada keanekaragaman budaya. Latar belakang
ini sudah disadari oleh the American Psychological Association (APA)
yang mempublikasikan kode etik pada tahun 1953. Tidak terpaut lama, the
National Association Social Workers (NASW) mengadopi kode etik tersebut
pada tahun 1960. Dan pada tahun 1961, the American Counseling Asociation
(ACA) mengembangkan kode etik tersebut (Neukrug, 2007: 55). Menurut Brace, 1992 (dalam Neukrug, 2007:
55), standar etik merupakan cerminan dari beberapa perubahan sosial masyarakat.
Pada perkembangan dan revisi petunjuk kode etik, ditetapkan berdasarkan
perilaku masyarakat menjadi tugas yang sulit. Sebaliknya, hubungan etis mereka
percaya bahwa peran moral menjadi hal utama dalam budaya mereka. Oleh karena
itu, mereka percaya bahwa pendapat etik yang bervariasi yang didasarkan pada
budaya dengan budaya lain atau situasi dengan situasi lain.
Menurut Bergin, 1985 (dalam Neukrug, 2007:
55), keputusan dalam membuat kode etik seharusnya didasarkan pada persetujuan
umum. Menurut Gert (2005), kepercayaan lain percaya bahwa keputusan etik
didasarkan pada kepercayaan umum dengan hampir seluruh orang setuju dengan kepercayaan
tersebut (dalam Neukrug, 2007: 55). Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
penetapan kode etik didasarkan pada hasil perundingan di mana mengacu pada
kepercayaan umum di atas beragam situasi dan budaya.
Menurut Corey et al., 2006, Dolgoff, Loewenberg,
& Harrington, 2005, Mabe&Rollin, 1986, (dalam Neugkrug, 2007: 57),
manfaat petunjuk etik untuk membantu profesi konseling, antara lain :
1. Mereka mencegah klien dan professional untuk
hanya berada pada organisasi profesi
2. Mereka memberikan pernyataan tentang
identitas profesi yang professional dan dewasa
3. Mereka membimbing profesi menuju tipe
perilaku yang didasarkan pada penghargaan yang dipertimbangkan menjadi profesi
yang diinginkan
4. Mereka menawarkan kerangka untuk beberapa
proses pembuatan etik
5. Mereka dapat menawarkan sebagai satu ukuran
pertahanan jika keprofessionalan terjadi mal-praktik
Menurut Corey et al, (2006); Dolgoff,
Loewnberg & Harrington, (2005); Mabe & Rollin, (1986) (dalam Neugkrug,
2007: 57), terdapat aspek negatif dalam penggunaan kode etik, antara lain:
1. Kode tidak menekankan pada beberapa isu dan
menawarkan respon p erjalanan yang kurang
jelas pada isu yang lain
2. Ada beberapa konflik dengan kode yang sama,
di antara kode dan h ukum, dan di
antara kode dan sistem penghargaan konselor
3. Hal itu terkadang sulit untuk melakukan
pelanggaran etik pada kode
4. Kode tidak selalu tertuju pada penyelesaian
isu
B.
Akreditasi
Salah satu mekanisme untuk menyakinkan pelatihan yang
terbaik adalah melalui program akreditasi. Pada 30 terakhir ini, profesi
konselor telah membuat langkah besar dalam uapaya menuju akreditasi. Dewan
untuk akreditasi konseling dan program pendidikan terkait adalah Council For
The Accreditation of Counseling Relate Educational Program (CACREP).
a. Gambaran Singkat dari
Standart CACREP
CACREP menawarkan standart
untuk gelar dokter dalam pendidikan konselor dan untuk gelar master dalam
konseling komunitas konseling sekolah, konseling perguruan tinggi, kesehatan
jiwa, konseling karir, konseling gerotognical, konseling/terapi kemahasiswaan,
pernikahan, pasangan, dan keluarga. Dengan pengecualian dan kesehatan mental
konseling yang membutuhkan tingkat master 60 jam/ semester. Masing-masing
program membutuhkan minimal 48 jam/ semester untuk gelar master. Untuk program
master semua mencari akreditasi CACREP, kurikulum persyaratan termasuk program
kerja dibidang identitas profesi, keragaman sosial dan budaya, pertumbuhan dan
perkembangan manusia, pengembangan karir, membantu hubungan, penilaian,
kelompok dan penelitian serta evaluasi.
b. Badan Akreditasi Lainnya
Sejumlah badan
akreditasi lain yang menetapkan standart di bidang terkait. Misalnya, dewan
Rehabilitasi Education (CORE, 2006), program akreditasi konseling rehabilitasi.
Pada bidang lain yang terkait, ada beberapa program konseling pastoral dan
akreditasi oleh American Association of Pastoral Counseling (AAPC).
C.
Kredensial
Salah satu metoden memastikan bahwa para
profesional berkompeten dibidangnya adalah melalui akreditasi. Maksud lain
adalah melalui kredensial. Berikut adalah keuntungan adanya kredensial
(Neukrug, 2007: 73), antara lain:
1. Meningkatkan keprofesionalan. Kredensial
meningkatkan status dan identitas anggota dalam profesi tentang siapa anggota
profesi tersebut.
2. Adanya keseimbangan. Kredensial membantu
konselor menerima keseimbangan dalam status profesi, gaji, penggantian asuransi
dan lainnya dengan hubungan profesi kesehatan mental yang dekat.
3. Adanya kejelasan peran dan tugas di lapangan.
Proses meloloskan undang-undang / peraturan untuk mendapatkan kredensial yang
mampu membantu profesi secara jelas untuk mendeskripsikan tentang siapa kita
dan di mana ranah kita.
4. Perlindungan masyarakat. Kredensial membantu
mengidentifikasi masyarakat dalam setiap individunya untuk mampu melakukan
pelatihan dan keterampilan dalam konseling secara tepat.
Ada tiga
bentuk kredensial
yaitu:
a. Pendaftaran
Bentuk sederhana dari
kredensial dan melibatkan pendaftaran anggota kelompok profesional tertentu
(Sweeney, 1991). Pendaftran ini pada umumnya diatur oleh negara masing-masing,
dalam artian bahwa setiap individu yang telah terdaftar memperoleh kompetensi
minimal, seperti gelar sarjana, profesional dan/atau magang di daerah tertentu.
Sertifikat melibatkan pengakuan formal bahwa seseorang individu dalam profesi,
meskipun lebih ketat daripada pendaftaran, sertifikat kurang menuntut daripada
lisensi.
b. Sertifikat
Sertifikat sering
dilihat sebagai perlindungan gelar,hal itu membuktikan seseorang dari tingkat
kompetensi tertentu. Sebaliknya, lisensi cendrung untuk melingdungi judul dan
menentukan praktek profesional, tidak hanya membuktikan tingkatkompetensi
tertentu, tetapi mendefinisikan apa yang seorang dapat lakukan dan dimana ia
dapat melakukannya. Biaya tahunan biasanya harus dibayar untuk mempertahankan
sertifikat. Sertifikat dapat ditawarkan oleh dewan negara bagian atau nasional.
Akhirnya, sertifikat juga dapat keseimbangan berkelanjutan untuk melanjutkan
pendidikan bagi seseorang individu yang mempertahanka kredensial.
c. Lesensi
Bentuk yang paling ketat dari kredensial adalah
lesendi. Umumnya diatur oleh negara, lisensi menandakan bahwa seseorang
memiliki izin telah memenuhi standart yang ketat. Tenpa lesensi tidak dapat
berlatih dalam arena profesional tertentu, (ACA, 2005) lesensi umunya
mendefinisikan lingkup dimana seseorang individu bisa dan tidak bisa melakukan.
Lisensi konselor telah menjadi kenyataan bahwa kebanyakan setiap negara
mempunyai lisensi dan merupakan persyaratan yang diamanatkan dengan
undang-undang.
DAFTAR
PUSTAKA
Neukrug, Ed. 2007. The world of the counselor:an intruduction to the counseling profession.united States: Thomson Brooks/cole.
0 Response to "STANDART PROFESI: ETIK, AKREDITASI DAN KREDENSIAL"
Post a Comment