Penelitian dan Evaluasi dalam Konseling
Penelitian
dan Evaluasi dalam Konseling
1.
Tujuan
Penelitian
Best & Kahn (2006) mendefinisikan
penelitian sebagai “ the systematic and
objective analysis and recording of controlled observations that may lead to
the development of generalizations, principles or theories, resulting in
prediction and possibly ultimate control of events” (dalam Neukrug,
2003:431). Artinya : bahwa penelitian merupakan analisis obyektif dan
sistematis serta pelaporan observasi terkontrol yang mengarah pada generalisasi
sebuah perkembangan, prinsip-prinsip atau teori-teori, hasil dari sebuah prediksi,
dan bisa jadi adalah pokok dari sebuah kejadian.
Dengan kata lain, penelitian
menganalisis informasi dengan tujuan untuk memberikan kita pengetahuan tentang
keadaan masa sekarang, pengetahuan tersebut mungkin membantu kita membuat
prediksi tentang masa depan. Ada beberapa penelitian dan sangat bervariasi;
survey pendapat dari para konselor, penggunaan intervew intensif untuk memahami
bagaimana perkembangan moral dibentuk, atau menunjukkan analisis statistik
kompleks untuk menentukan ketrampilan konselor mana yang paling efektif.
Tanpa penelitian, pengetahuan akan tetap
stagnan (mandeg), dan paradigma baru
tidak mampu berkembang (Kuhn, 1962). Penelitian mengajegkan apa yang dilakukan
oleh konselor dan dapat mendorong terciptanya sebuah kesempatan pendekatan
perubahan konseli (Lambert, Ogles, &Masters,
1992). Penelitian adalah dasar evaluasi yang memungkinkan kita mengetahui
apakah program dan pelatihan yang kita adakan efektif.
Siapakah peneliti itu? Adalah kamu dan
saya, dan semua individu yang menyandarkan diri pada fakta-fakta untuk
meyakinkan apa yang kita kerjakan. Kenyataannya, beberapa memiliki pendapat
bahwa konselor pada level master adalah peneliti dalam sensenya, bahwa mereka
adalah seorang praktisi-ahli ilmu pengetahuan; mereka bekerja dengan dan
mengumpulkan informasi dari klien dan menggunakan informasi yang telah
terkumpul sama baiknya seorang ahli (science) untuk membuat keputusan atas
kliennya (Houser, 2009)
2.
Review
Literatur dan Pernyataan Permasalahan
Penelitian menawarkan kita sebuah
mekanisme untuk memuaskan keingintahuan kita tentang sifat dasar manusia. Dalam
hal ini, konselor memiliki keraguan terhadap renungan mereka tentang gangguan
emosional secara alami dan memiliki cara-cara yang efektif untuk mengatasi
beberapa permasalahan. Peneliti menggunakan metode yang sistematis untuk
mengumpulkan informasi dan menemukan jawaban yang masuk akal terhadap
pertanyaan-pertanyaan (Sommer & Sommer, 2002) dan praktisi menggunakan
hasil penelitian tersebut.
Jadi, darimana peneliti memulai? Tentu
aja berawal pada dugaaan atau perkiraan tentang topik menarik yang akan
dieksplor oleh peneliti. Biasanya, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti
adalah memeriksa apakah topik yang dipilih telah dilakukan penelitian
sebelumnya. Pemeriksaan terhadap penelitian terdahulu disebut review literatur dan pada umumnya
dimulai dengan mengadakan searching
(pencarian) abstrak di dalam bidang ilmu konseling, pendidikan, psikologi dan
disiplin ilmu lainnya yang mungkin relevan dengan penelitian.
Hasil searching (pencarian) yang diperoleh dari review literatur adalah pernyataan permasalahan, yang mana
menempatkan penelitian dalam konteks historikal, menentukan apakah penelitian
eksis pada topik yang kita ambil, diskusi-diskusi mengapa isu yang diangkat
adalah penting, batasan lingkup penelitian, menjelaskan bagaimana penelitian
yang kita ambil berbeda dengan penelitian yang telah terdahulu, dan poin
penting dalam melangsungkan pengembangan pertanyaan, pernyataan atau hipotesis
penelitian yang membatasi tipe penelitian yang akan diadakan (McMillan &
Schumacher, 2001; Mettler & Charles, 2008).
Ketika pernyataan dari permasalahan
telah dikembangkan, desain penelitian dapat ditentukan. Pada umumnya desain
penelitian didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk kecenderungan peneliti
terhadap penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif, atau campuran
pendekatan dan jenis penelitian yang telah diadakan sebelumnya, seperti yang
ditemukan pada review literatur dan
pernyataan permasalahan.
3.
Perbedaan
Antara Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif mengasumsikan
bahwa ada kenyataan obyektif didalamnya yang mana pertanyaan penelitian dapat
diformulasikan (dibentuk) dan metode ilmiah digunakan untuk mengukur
kemungkinan identifikasi perilaku, nilai-nilai atau keyakinan dari satu atau
terhadap perilaku, nilai atau keyakinan yang lainnya. Penelitian kualitataif,
dengan sisi lain, diadakan bahwa ada
banyak cara melihat sebuah pengetahuan dan salah satunya dapat membuat
pengertian terhadap dunia dengan melibatkan seseorang dalam situasi penelitian
di satu percobaan untuk mengadakan kemungkinan penjelasan terhadap permasalahan
yang diuji (Heppner, Kivlighan, & Wampold, 2008). Tabel berikut menunjukkan
perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
|
Asumsi tentang pengetahuan
|
§ Kebenaran ditemukan melalui penelitian
§ Pengatahuan digunakan untuk mengembangkan hipotesis
|
§ Kenyataan adalah disusun secara sosial dan ada banyak realita.
§ Pengetahuan muncul melalui penelitian
|
Metode penelitian yang digunakan
|
§ Matematik, statistik, dan logis.
§ Pengujian hipotesis dan berupaya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
penelitian.
§ Proses deduktif
|
§ Filosofis dan sosiologis
§ Multi metode untuk memahami pertanyaan penelitian
§ Keterlibatnan penuh alam tugas dengan tujuan untuk mendapatkan
pengetahuan
§ Proses induktif
|
Bias dan validasi
|
§ Bias adalah problematik.
§ Meningkatkan kontrol terhadap studi untuk meningkatkan validitas dan
mengurangi bias
|
§ Bias diakui.
§ Bias dikurangi melalui penggunaan multi metode terhadap penyusunan data
dan pemeriksaan hasil
|
Tujuan dan generalisasi
|
§ Untuk menemukan fakta dan kebenaran serta mengeneralisasikan hasil pada
audiens yang lebih besar
|
§ Untuk menemukan informasi dan mendeskripsikan penemuan agar memberi
pencerahan
|
Peran peneliti
|
§ Tidak memihak, ahli ilmu pengetahuan yang obyektif
|
§ Terlibat/terjun dalam situasi sosial, mendeskripsikan dan
mempresentasikan temuan
|
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
menganalisis permasalahan penelitian dengan pendekatan yang berbeda. Sehingga
bukan hal yang mengherankan jika desain keduanya bervariasi. Mengingat
penelitian kuantitatif mencoba mengurangi masalah untuk melihat variabel yang
lebih spesifik yang dapat dimanupulasi secara eksperimen, tujuan penelitian
kualitatif adalah untuk membuat pengertian keluar dari permasalahan dengan
menganalisis permasalahan secara luas kedalam kealamian konteks yang terjadi.
a. Metode
Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif mengasumsikan
bahwa ada kenyataan obyektif yang dapat diungkap melalui penggunaan desian
penelitian dan analisis data statistik. Penelitian kuantitatif menggunakan
metode ilmiah untuk menunjukkan kemungkinan rasional (masuk akal) bahwa
hipotesis valid atau mencari kemungkinan jawaban terhadap pertanyaan penelitian
yang dtanyakan. Dua jenis utama penelitian kuantitatif yaitu penelitian
eksperimen dan noneksperimen.
Meskipun kedua penelitian ini
menggunakan metode ilmiah dan menggunakan pendekatan reduksional terhadap
permasalahan, ada perbedaan yang krusial antara dua jenis penelitian ini. Pada
penelitian eksperimental, peneliti memanipulasi pengalaman partisipan
(treatment) dalam beberapa cara untuk menunjukkan sebuah hubungan sebab dan
akibat antara hal tersebut dan hasil yang spesifif diukur. Desain
noneksperimen, dengan kata lain, cenderung melihat hubungan antar variabel atau
mendeskripsikan sikap, kepercayaan, dan perilaku dari kelompok yang disurvei.
·
Penelitian True-Eksperimen.
Dalam bidang penelitian eksperimen,
desain true-eksperimen dianggap la creme de la creme, seperti mereka
melakukan tes, dalam berbagai cara yang dikontrol, untuk hubungan kausal antar
variabel yang dipelajari. Pada tipe penelitian ini, variabel independen atau
variabel yang dimanipulasi diuji untuk menentukan apakah ini memiliki pengaruh
langsung terhadap variabel dependen atau hasil pengukuran.
Dalam penelitian true-eksperimen, ada
penugasan acak untuk subyek dalam treatmen kelompok, yang artinya bahwa setiap
subyek memiliki kesempatan yang setara dalam treatment kelompok. Ada pemahaman yang salah terhadap penelitian true-eksperimen bahwa semua penelitian true-eksperimen harus memiliki kelompok
kontrol. Ini bukan suatu masalah; jika peneliti percaya bahwa hasil pada
penelitian terdahulu bahwa beberapa treatmen berbeda secara signifikan dengan
tanpa treatmen apapun, kemudian dia tidak menjamin harus memiliki kelompok
kontrol dan bahkan mungkin berharap membandingkan jenis-jenis treatmen yang
berbeda-beda.
Salah satu contoh penelitian eksperimen
adalah studi tentang pengaruh latihan aerobik (variabel independent) terhadap tingkat depresi, kecemasan dan stress
(variabel dependent). Latihan aerobik
merupakan variabel yang dapat dimanipulasi, dengan menawarkan berbagai jenis treatment yang ada dalam latihan
aerobik, dan karena ini merupakan penelitian true-eksperimen, maka ada
penugasan acak. Oleh karena itu, satu desain akan diterapkan pada 100 individu
secara acak ke dalam empat kelompok: kelompok kontrol tanpa melakukan latihan
aerobik, kelompok yang berpartisipasi selama 8 minggu di latiahn aerobik
ringan, kelompok yang berpartisipasi selama 8 minggu di latiahn aerobik
menengah, dan kelompok yang berpartisipasi selama 8 minggu di latiahn aerobik
secara intens. Dan juga, instruktur yang digunakan berbeda pada tiap pelatihan
di masing-masing kelas pada kelompok treatment,
akan membantu memastikan bahwa kepribadian dari instruktur bukanlah faktor yang
menentukan hasil penelitian.
Berawal dengan hipotesis nol yang
berbunyi “bahwa tidak ada perbedaan dalam pengukuran kecemasan, depresi dan
stres antara individu yang mengikuti jenis latihan aerobik yang berbeda”.
Ketika peneliti menggunakan hipotesis nol, maka mereka berharap bahwa hal itu
salah, bahwa peneliti ingin membuktikan bahwa treatment yang diberikan
menyebabkan perbedaan antara kelompok, kemudian mendemonstrasikan efek
treatment.
Dalam hal ini, penggunaan latihan
aerobik, misalnya jika secara acak menempatkan 100 individu dalam empat
kelompok, asumsinya bahwa sebelum melakukan latihan individu terlihat sama jika
dilakukan pengukran terhadap ketiga karakteristik tersebut. Oleh karena itu,
dengan mengikuti latihan areobik dengan treatmen ang berbeda-beda di
masing-masing kelompok akan ditemukan perbedaan karena efek dari treatment dan bukan oleh faktor lainnya.
Kadang-kadang, untuk memastikan asumsi ini benar, pra-pengukuran bisa
dilakukan. Jika kelompok sangat signifikan, ini dapat dikontrol secara
statistik untuk kemudian.
Jika treatment sama sekali tidak
efektif, ketika pengukuran terhadap
orang-orang dalam keempat kelompok hampir beberapa karakter yang mungkin
ditemukan beberapa perbedaan antara kelompok maka sekedar dikarenakan oleh
peluang variabel atau ketidaktentuan skor. Oleh karena itu, dalam
mendemonstrasikan bahwa treatment
efektif, maka secara aktual pengukuran kemungkinan yang berbeda dikarenakan
treatment dan tidak disebabkan oleh peluang atau fluktuasi minor. Pada
kenyataannya, ketika studi menunjukkan bahwa kemungkinan 999 dari 1000 yang
dihasilkan karena treatment
Dalam melakukan penelitian true-eksperimen, ada sejumlah perbedaan
jenis desain probabilitas ketika memutuskan bagaimana memanipulasi variabel dan
mengukur variabel dependent.
Bagaimanapun, tanpa memperhatikan desain penelitian yang digunakan, dalam
penelitian true-eksperimen dijelaskan
apakah kelompok atau individu terlihat berbeda atau tidak sebelum dan sesudah treatment.
·
Penelitian Kuasi Eksperimen.
Sama halnya dengan penelitian true-eksperimen,
dalam pengadaan penelitian kuasi eksperimen mencoba untuk menentukan
sebab-akibat, dan ada maniplasi terhadap variabel independen; meskipun tidak
ada penugasan acak (Heppner et al., 2008). Tidak seperti penelitian eksperimen,
selain penugasan acak, jenis penelitian ini menguji kelompok utuh, memberikan
satu atau lebih kelompok treatment, sementara kelompok lain tidak diberi
treatmen. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui efek bimbingan klasikal
terhadap perilaku bullying pada siswa
tingkat 5 dan 6, maka perlu dipilih 6 hingga 12 anak untuk mendapatkan
informasi terkait bullying. Setelah
itu dilakukan perbandingan antara kelompok yang mendapat treatment dan yang tidak.
Yang patut disayangkan, kelemahan dari
penugasan acak dalam kuasi eksperimen sering menghasilkan rendahnya
kredibilitas dalam penentuan apakah ada tidaknya perbedaan yang disebabkan oleh
efek treatment. Dapat dibayangkan bahwa ada banyak faktor
yang secara berbeda mempengaruhi kelompok treatment
dengan kelompok non-treatment,
kemudian hasil yang berbeda ditemukan. Dalam hal ini, hasil yang diperoleh
disebabkan oleh seleksi daripada sekedar efek treatment. Maka diperlukan
internal validitas untuk mengetahui faktor-faktor lain di luar efek treatment. Namun bagaimanapun itu, dunia
real tidak menyediakan kita kesempatan untuk memilih individu secara acak untuk
masuk dalam kelompok treatment, maka kuasi eksperiment sering dijadikan
alternatif dari true eksperimen.
·
Desain One Shot Case Study dan One Group Pretest/Postest
Ketika peneliti mengingkinkan menguji
perubahan personal maupun kelompok setelah ditreatmen, maka peneliti dapat
menggunakan desain one shot case study atau one group pretest/postest (Kline,
2009). Bagaimanapun juga terdapat permasalahan yang nyata berkaitan dengan
validitas internal dengan jenis desain ini (Houser, 2009)
Dalam desain ini, sama halnya dalam
penelitan kuasi eksperimen, tidak ada penugasan acak untuk men-treatment kelompok, tetapi ada
manipulasi terhadap variabel independen dan beberapa studi mengimplikasikan
hukum sebab akibat. Dalam hal ini, kembali pada bahasan treatment latihan
aerobik, jika kita bekerja dengan individu yang tingkat kecemasan dan stressnya
kuat, dapat didesain studi yang menguji efek latihan aerobik terhadap
pengukuran skala rendah kecemasan dan rata-rata waktu istirahat bagi hati klien
(tidak mengalami situas stres). Dengan menggunakan desain ABA, akan dibuat
baseline terhadap hasil pengukuran (A), dalam hal ini adalah skala kecemasan
dan rata-rata resting heart.
Setelah bebrapa minggu,
akan dibuat sejumlah baseline
pengukuran dan memperkenalkan treatment,
yaitu latihan aerobik. Pengukuran terhadap kecemasan dan stress akan dilakukan
setelah beberapa minggu individu mengikuti treatment.
Setelah itu, treatment akan dihapuskan dan beberapa minggu kemudian dilakukan
pengukuran terhadap skor kecemasan dan stress (A again). Kegunaan treatment akan ditunjukkan dengan
penurunan tingkat kecemasan dan stress selama mengikuti treatment dan menjadi semakin baik setelah treatment.
·
Penelitian Non-eksperimen
-
Penelitian Korelasi.
Penelitian korelasi merupakan penelitian
yang berupaya untuk memahami hubungan antar variabel melalui penggunaan
koefisien korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan hubungan antar variabel
dengan rentang -1 hingga +1. Korelasi positif menunjukkan kecenderungan skor
salah satu variabel berhubungan dengan skor variabel pada satu arah. Korelasi
negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, sedang korelasi 0
menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel.
Karena penelitian korelasi tidak
menunjukkan sebab akibat dan tida menggunakan penugasan acak, penelitian jenis
ini lebih mudah dilakukan daripada desain eksperimen dan seringkali digunakan
sebagai persiapan penelitian untuk mengecek anggapan peneliti. Dua tipe
penelitian korelasi yang sering digunakan adalah bivariat korelasi yang
mengeksplor hubungan antra dua variabel dan multipel korelasi yang menguji
hubungan lebih dari dua variabel.
Dua jenis bivariat korelasi yaitu studi
korelasi sederhana dan studi korelasi prediktif. Studi korelasi sederhana
mengeksplor hubungan antar dua variabel “disini dan sekarang”. Sebagai contoh,
ingin mengetahui hubungan antar empati seorang konselor dengan kemampuan
membangun hubungan dengan klien, maka dengan menggunakan instrumen yang
mengukur empati dan instrumen ynag mengukur kemampuan membangun hubungan dengan
klien, korelasi antara dua variabel bisa ditemukan. Skor dari masing masing
instrumen akan dikorelasikan dengan menggunakan statistik, akan diperoleh
hubungan yang signifikan antara dua hal tersebut. Apakah empati menyebabkan
kuatnya hubungan, bukan menjadi tujuan penelitian korelasi ini, namun hasil
penelitian dapat digunakan acuan untuk melakukan pelatihan bagi konselor.
Studi korelasi prediktif digunakan untuk
mengetahui bagaimana variabel satu mampu memprediksi satu atau lebih variabel
yang lainnya. Misal bahwa antara karakteristik kepribadian dan lingkungan kerja
akan mampu meprediksi kepuasan kerja yang diperoleh. Namun ini bukan mencari
sebab akibat terjadinya kepuasan kerja, namun hanya sekedar memprediksi, ketika
kepribadian sesuai dengan lingkungan kerja maka diprediksi individu bisa
merasakan kepuasan kerja, tanpa melihat faktor lain yang membuat puas.
Penelitian multipel korelasi digunakan
ketika kita memiliki lebih dari dua variabel yang dianggap berhubungan dengan
vaiabel lain. Multipel regresi, satu dari sekian statistik korelasi
multivarian, dapt menberitahukan bagaiman sebuah kombinasi dapat memprediksi
hasil. Bentuk lain dari multipel korelasi adalah analisis diskrimanasi,
analisis faktor, analisis diferensiasi.
-
Penelitian Survei.
Dalam penelitian survei, pertanyaan
dikembangkan atau wawancara didesain dengan tujua untuk memperoleh informasi
yang spesifik dari populasi target. Survei dapat menciptakan informasi yang
menarik tentang nila, perilaku, demografi dan opini dari populasi tertentu dn
digunakan dalam area bisnis, pendidikan dan pengetahuan sosial. Dalam
mendeskripsikan data yang disusun, peneiti survei menggunakan statistik
deskriptif dasar seperti distribusi frekuensi, persentase, pengukuran tendensi
senter, dan pengukuran variabilitas. Seringkali, diagram dan grafik digunakan
untuk mengilustrasikan beberapa data yang disusun.
Beberapa langkah yang biasanya dilakukan
saat mengadakan penelitian survei yaitu berikut ini: (1) Mendefinisikan tujuan
dan obyek survey, (2) Menentukan target populasi, (3) Menentukan metode respons
(suratkertas, internet, wawancara langsung, telepon), (4) Menentukan sumber
daya yang dibutuhkan (misal; stamp, website), (5) Mengembangkan instrumen dan cover-nya, (6) Mengadakan studi pilot
dan melakukan revisi, (7) Melengkapi follow-up
terhadap non responden, (8) Mengumpulkan data, (9) Mengorganizing hasil, (10) Mendistribusikan
hasil (jurnal).
-
Penelitian Ex-Post Facto.
Penelitian ini sering disebut penelitian
kausal-comparatif yang menguji hubungan yag telah ada dalam kelompok utuh.
Penelitian ex-post facto ini digunakan ketika tidak ada
kepraktisan atau tidak memungkinkan memanipulasi variabel independen, seperti
ketika akan menguji perbedaan efek terhadap gender, tipe kepribadian, ras, atau
ketika penugasan acak tidak dapat dilakukan (Heppner et al, 2008).
Contoh penelitian yaitu ketika kita
ingin membandingkan skor di National
Counselor Exam (NCE) dari siswa lulusan CACREP (program akreditasi
konseling) dengan lulusan non CACREP. Secara nyata, kita dapat memilih siswa
secara acak dan kita dapat memanipulasi variabel independent, yaitu siswa yang
ikut serta dalam program lulusan. Bagaimanapun, ini akan mudah mengumpulkan
data dari siswa yang mengikuti program ini. Kemudian ini menjadi proses yang
sederhana untuk dilakukan analisis statistik yang mana perolehan skor ujian
tertinggi. Dan faktanya National Board
for Certified Counselor memiliki data ini, dan meskipun tidak dilakukan
analisis perbandingan, siswa dari CACREP mendapatan skor tertinggi dalam
sertifikasi ujian.
Meskipun penelitian ex-post facto lebih tepat
dibandingkan beberapa penelitian eksperimen lainnya, namun ada masalah bawaan
pada jenis penelitian ini. Dalam hal ini, kita tidak dapat memastikan apakah
variabel independent dapat benar-benar dipertanggungjawabkan sebagai hasil
penelitian. Sebagai contoh, di NCE sampel yang barusan didiskusikan, terdapat
banyak hal yang perlu dijelaskan mengapa perbedaan ditemukan. Berikut ini
sedikit hipotesis yang mungkin benar adanya: (1) Siswa yang tidak diterima di
CACREP dan memilih sekolah lain mungkin kurang persiapan secara akademik, (2) Siswa
yang tidak ikut CACREP mungkin kreatif namun lemah dalam akademik, (3) Fakultas
di CACREP memiliki guru yang lebih baik, (4) Program CACREP mencakup kurikulum
yang diujikan oleh NCE, sedangkan non-CACREP tidak meng-cover kurikulum tersebut dan ide-ide lainnya.
Dalam upaya
untuk mengontrol hipotesis-hipotesis di atas, penelitian terkadang perlu
diusahakan untuk mematchingkan kelompok treatment
terhadap variabel yang dapat mengacaukan hasil penelitian. Penelitian juga
dapat dilakukan pada lulusan setelah beberapa tahun kelulusan. Oleh karena itu,
hipotesis saingan yang teridentifikasi perlu dicatat sebagai variabel baur yang
didiskusikan dalam hasil penelitian. Tambahan, hipotesis saingan yang tidak
teridentifikasi oleh peneliti dapat mempengaruhi hasil penelitian. Inilah
mengapa peneliti perlu sangat sementara/tidak permanen dalam menarik kesimpulan
dalam penelitian ex-post facto.
b. Metode
Penelitian Kualitatif
Naturalistik – Phenomenologis filosofi
adalah basic penelitian kualitatif
(McMillan & Schumacher, 2001). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa ada
banyak cara dimana kenyataan dapat diinterpretasikan dan diterapkan secara
individual. Jika penelitian kuantittaif menggunakan metode ilmiah, maka
penelitian kualitatif mengandalkan pada peneliti yang secara berhati-hati
mengobservasi dan mendeskripsikan fenomena dan menginterpretasikan fenomena
dalam konteks sosial. Untuk alasan ini, penelitian kualitatif memungkinkan
menguji fenomena yang oleh penelitian kuantitatif tidak dapat dieksplor ,
seperti pemahaman kita tentang empati dan makna bahwa kita berasal dari Tuhan
(Hanna & Shank, 1995). Sebagai hasilnya, penemuan penelitian kualitatif
menawarkan banyak cara untuk menerapkan paradigma penelitian ke dalam berbagai
seting klinis. Dan juga, penelitian kualitatif dapat menambahkan bagan informas
yang hilang yang tidak dapat dicover oleh metode reduksi dar penelitian
kuantitatif.
Sebagai lawan dari deduksi, metode
reduksi dari penelitian kuantitatif, yang aman mengidentifikasi variabel,
mengisolasi mereka, mengukur mereka, penelitian kualitatif mengandalkan pada
metode studi kasus, salah satu cara analisis dan fokus permasalahan secara
lebih mendalam sebuah kejadian atau fenomena. Pendekatan ini mengandalkan pada
sejumlah metode, seringkali digunakan secara simultan, dalam upaya untuk tidak
mengkover tema dan makna fenomena yang dipelajari. Penelitian kualitatif tidak
memiliki banyak bentuk, berikut ini empat tipe penelitian kualitatif: grand
teori, pendekatan phenomenologis, penelitian etnografi dan penelitian
historikal
·
Grand
Teori
Dikembangkan oleh sosiologis Glaser dan
Strass selama tahun 1960’an, grand teori ini dapat dideskripsikan sebagai
sebagai proses, sebagai perlawanan untuk pengujian terhadap momen yang sedang
terjadi. Dalam proses ini, pertanyaan penelitian didasarkan atas konsentrasi
populasi yang diuji dalam berbagai
banyak cara. Eksplorasi ini dapat mengarahkan kemunculan suatu teori yang
berdasarkan pada pertanyaan asli penelitian. Berlawanan dengan penelitian
kuantitatif yang menggunakan statistik untuk menentukan validitas hipotesis
atau pertanyaan penelitian yang diambil dari review literatur, proses ini tidak
berawal dari literatur untuk menghindari terjadinya bias dalam
menginterpretasikan hasil.
Sebagai gambaran , jika kita muncul
pertanyaan ” bagaimana seorang konselor mengembangkan teoritik berorientasi
pada karier?” maka dapat dikembangkan pertanyaan penelitian seperti ini:
-
Kapan konselor pertama
kali mempertimbangkan orientasi teoritik?
-
Pengalaman apa yang
mempengaruhi pemilihan teori?
-
Hal terpenting apa yang
ada dalam teori tersebut?
-
Bagaimana jika teori
yang dipilih bisa berubah sewaktu-waktu/ seiring waktu?
Setelah mendapatkan pertanyaan
penelitan,maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah : persiapan,
pengumpulan data, membuat catatan, koding dan menulis laporan. Grand teori
cocok untuk dilakukan oleh konselor karena mereka adalah sosok yang natural sebagai
observer dan pendengar. Namun proses ini tidak semudah mendengarkan suatu
wawancara, namun membutuhkan proses yang sistematis dan teori yang relevant
untuk kepentingan pertanyaan penelitian.
·
Desain Phenomenologis
Desain phenomenologis kurang dimasukkan
dalam teori terkini, dan lebih tertarik dalam memahami secara sederhana
pengalaman populasi dalam pertanyaan yang diajukan (Christensen &
Brumfield, 2010). Sebagai contoh, jika kita ingin mengetahui gangguan traumatik
yang di alami oleh korban bencana lama yang masih hidup, maka kita melakukan
wawancara dengan korban bencana alam dengan tujuan untuk mengetahui
pengalamannya secara utuh dengan tetap berhati-hari agar respon yang muncul
tidak membuat hal negatif terjadi. Proses pengumpulan datanya sama dengan
proses grand teori.
·
Penelitian Etnografi
Etnograf mengarah pada deskripsi tentang
budaya manusia; terkadang disebut antropologi budaya, penelitian etnografi
dipopulerkan oleh Margaret Mead yang mempelajari pemuda Aborigin di Samoa
dengan melibatkan diri kedalam orang-orang dan budaya mereka sebagai upaya
untuk memahami gaya hidup mereka (Mead, 1961). Penelitian etnografi
mengasumsikan bahwa fenomena atau kejadian dapat dengan sangat baik dipahami
didalam konteks budaya mereka. Ambllah sebuah kejadian keluar dari konteks itu
sendiri, dan makna yang terkandung mungkin diinterpretasikan dari konteks
peneliti sebagai kebalikan dari konteks sosial asli itu sendiri. Secara
realitas, oleh karena itu, sebuah kontruksi sosial, dengan tujuan untuk
dipahami, perlu diuji kedalam perspektif fenomenologi darimana itu muncul.
Kemudian seorang etnografi mencari untuk memahami kejadian dengan memahami
makna bahwa orang-orang ditempatkan pada mereka dari dalam konteks alami
mereka.
Langkah awal mengadakan penelitian
etnografi adalah mengidentifikasi kelompok yang akan dipelajari dan
mengidentifikasi permasalahan umum yang akan diteliti. Mengadakan review
iteratur dapat membantu peneliti membangun pemahaman yang lebih baik terhadap
budaya atau kelompok yang akan dipelajari dan membantu peneliti dalam
mendefinikan tujuan penelitian dan mengembangkan hipotesis atau pertanyaan
penelitian. Lalu, peneliti menentukan metode apa yang akan dgunakan untuk
terlibat langsung dalam budaya atau populasi. Sebelum masuk ke dalam budaya tersebut,
peneliti sebaiknya mengembangkan rencana untuk melaksanakan pengumpulan data.
Tiga metode yan biasanya digunakan dalam penelitian etnografi yaitu observasi,
wawancara, dan pengumpulan dokumen atau artefak.
Observasi.
Seorang etnografi akan sering mengobservasi situas atau fenomena dan
mendeskripsikannya, menggunakan catatan intensif, apa yang mereka lihat.
Meskipun terkadang penelitian kualitatif tidak mengambil peran yang vital
ketika observasi, merea lebih sering mejadi observer partisipan. Pada jenis
observasi ini peneliti melibatkan dirinya bersama kelompok dan mungkin hidup
bersama. Bagaimanapun itu, ini adalah hal yang penting untuk tidak mengganggu
proses alami kelompok dan mendengarkan dan dengan cermat mencatat sehingga
observer memahami perspektif unik dari
kelompok. Hanya dalam cara ini observer dapat menyusun apresiasi yang banyak
tentang bagaimana kenyataan dari kelompok terbangun. Ini sangat penting
observer merekam peran apa dan efek apa yang dimunculkan dari kegiatan
observasi terhadap kelompok.
Wawancara Etnografi.
Wawancara etnografi metode pengumpulan data kualitatif populer kedua dari
kelompok atau budaya. Beberapa wawancara ; pertanyaan terbuka berusaha untuk
memahami bagaimana intervee mengkonstruksika makna. Wawancara mungkin bersifat
informal; terarah, dimana pertanyaan diluar jalur;atau terstandart yang mana
pertanyaan pasti telah ditentukan sebelum melakukan interview tetapi para
responden mengharapkan pertanyaan yang terbuka. Konselor adalah ahli dalam
melakukan wawancara etnografi karena mereka terlatih dalam pertanyaan terbuka.
Sebagai observer partisipan, adalah sangat penting dengan cermat mencatat atau
merekam dengan tujuan untuk menyusun verbatim percakapan.
Pengumpulan dokumen dan artefak.
Artefak adalah simbol budaya atau kelompok dan dapat membantu seorang etnografi
memahami kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku kelompok. Dalam proses ini akan
sangat membantu jika peneliti mengetahui bagaimana artefak dibuat, darimana
artefak berasal, usia artefak, bagaimana penggunaannya, dan siapa yang
menggunakan. Interpretasi tentang makna artefak akan dipadukan dengan hasil
observasi dan wawancara.
McMillan dan Schumacher (2001)
menyarankan kategori dari artefak berikut: dokumen pribadi, seperti buku harian,
surat-surat pribadi, dan catatan anekdot;
dokumen kantor, seperti kertas internal dan eksternal, file dan rekaman
pribadi, dan data statistik; dan obyek yang memiliki simbol makna terhadap
budaya.
·
Penelitian Historikal
Tujuan penelitian historikal adalah
mendeskripsikan dan menganalisis kondisi atau kejadian di masa lalu dan
menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian hstorikal mengandalkan pada
pengumpulan informasi secara sistematisdalam mengupayakan menguji dan memahami
kejadian masa lalu dari kerangka kerja kontekstual. Ketika mengerjakan
penelitian historikal, peneliti pada umumnya memiliki poin pandangan dalam
pikirannya dan membutuhkan literatur untuk mendukung pandangannya tersebut.
Kemudan peneliti akan memulai mengumpulkan data untuk menunjukkan bahwa
pandangannya memiliki kevalidan. Dalam proses ini mungkin pandangan peneliti
akan mengalami perubahan sebagai pengaruh dari literatur yang diperoleh atau
sumber data yang disusun.
Dalam pengumpulan data, beberapa sumber
dapat digunakan. Sebisamungkin peneliti menggunakan sumber utama atau rekaman
aslisebagai lawan dari sumber data cadangan yang mana dokuen atau informasi
verbal dari sumber tidak aktual terhadap peristiwa. Berikut in contoh sumber
utama :
-
Oral
histories. Oral histories menunjuk pada ketika
peneliti secara langsung mewawancara orang yang terlibat langsung dalam
kejadian atau yang mengobservasi kejadian tersebut
-
Dokumen.
Dokumen adalah rekaman kejadian yang secara umm dimuseumkan dalam perpustakaan
atau pusat arsip. Beberapa contohnya adalah diari, surat autobiografi, jurnal
dan majalah, film, rekaman, luisan, dan rekaman institusi.
-
Barang
peninggalan/ keramat. Barang pennggalan /
keramat adalah bebagai bentuk obyek yang dapat memberikan bukti-bukti tentang
pertanyaan-pertanyaan di masa lalu. Seperti buku, peta, bangunan, artefak, dan
lain sebagainya yang mewakili barang peninggalan/keramat.
4.
Statistik
dan Analisis Data Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif
Penelitian kuantitatif menggunakan
statistik untuk menganalisis hasil, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan
proses yang diebut analisis induktif.
·
Penelitian Kuantitatif
Secara umum, penggunaan statistik dalam
penelitian kuantitatif dapat dibagi menjadi dua kategori : statistik deskriptif
yang digunakan untuk merangkum dan mendeskripsikan hasil, dan statistif
inferensial yang mana prosedur metematik digunakan untuk membuat kesimpulan
terhadap populasi besar dari sampel yang dipelajari. Statistik deskriptif
termasuk di dalamnya yaitu : pengukuran tendensi sentral, seperti mean, media,
modus; mengukur validitas, seperti range, varian, dan standar deviasi;
perolehan score, seperti persentil, T-score, DIQ score; dan mengukur adanya
sebuah hubungan, seperti koefisien korelasi. Statistik deskriptif sering
digunakan dalam penelitian survei.
Statitistik inferensial digunakan untuk
menguji apakah perbedaan atau kekuatan hubungan antara kelompok treatmen yang
mungkin ditemukan dari beberapan kemungkinan. Beberapa dari tipe analisis yang
ada termasuk di antaranya t-test, untuk mengukur perbedaan antara dua hal,; analisis
varian (ANOVA), untuk mengukur perbedaan antara dua hal atau lebih dari dua;
faktor analisis varian, digunakan ketika ada lebih dari sati variabel
independen dan peneliti tertarik menguji masing-masing variabel independen dan bagaimana mereka saling
terkait; analisis varian multivariasi (MANOVA), digunakan ketika dua atau lebih
veriabel dependen akan diuji; signifikan koefisien korelasi, digunakan ketika
menguji apakah hubungan natar variabel signifikan secara statistik; dan Chi
square, yang digunakan untuk membandingkan apakah nilai frekuensi yang
diobservasi berbeda dari nilai frekuensi yang diperkirakan. Secara umum,
penelitian eksperimen dan penelitian ex post facto menggunakan statistik
inferensial yang mengukur perbedaan antara beberapa hal sedangkan penelitian
korelasi menguji tingkat/derajat hubungan antar variabel.
Pada saat ini, ukuran efek sebuah studi
menjadi penting ditingkatkan dibawah pemahaman hasil penelitian kualitatif.
Ukura efek mengarah pada temuan yang signifikan untuk dipraktikkan. Sekarang
ini, ukuran efek ditunjukkan dengan penggunaan sejumlah prosedur statistik yang
bervariasi dan biasanya direferalkan dalam publikasi studi.
·
Penelitian Kualitatif
Pengumpulan data kualitatif mengandalkan
pada proses yang disebut analisis induksi yang artinya bahwa tema dan kategori
muncul dari data (McMillan & Schumacher, 2010). Kemudian, peneliti yang
menguji data yang dikumpulkan tersebut melalui berbagai metode menyebutkan
informasi dalam berbagai tema, cara pengkategorian informasi, dan cara
menyeleksi bagian-bagian terpenting dari informasi. Selama proses ini
berlangsung, peneliti mulai melihat point fakta yang muncul.
Secara umum, peneliti kualitatif
mengklasifikasi data mereka melalui proses yang disebut koding. Proses ini membreak-down (memecah dan menurunkan) sebagian besar data ke dalam bagian
yang lebih kecil yang mirip untuk mendapatkan makna dari pertanyaan penelitian.
Meskipun grand teori, pendekatan
phenomenologis dan penelitian etnografi mengandalkan pada koding dan
identifikasi tema, ini dapat pula sangat penting dalam penelitian historikal
ketika membandingkan perbedaan tipe-tipe dokumen, relief dan mungkin wawancara.
Dalam kasus lain, proses ini sulit, belum berhasil ditemukan pola dan tema yang
signifikan dalam penelitian kualitatif.
5.
Isu
Kualitas Studi Penelitian
McMillan dan Schumacher (2010) menunjuk
validitas sebagai “the truth or falsity of propositions generated by research”,
bahwa validitas adalah kebenaran atau kesalahan dari proposisi yang
digeneralkan oleh penelitian. Hingga derajat sebagai hasil dari desain
penelitian mendekati kenyataan obyektif yang representatif adalah tanda bahwa
studi tersebut memiliki validitas yang baik. Ada dia jenis validitas, yaitu
validitas internal dan validitas eksternal.
·
Validitas Internal
Validitas internal menggambarkan derajat
yang mana variabel yang tidak ada hubungannya telah dihitung selama
menggambarkan kesimpulan dan telah didiskuskan secara singkat. Studi yang lebih
sulit untuk dikontrol akan memiliki lebih sedikit ancaman terhadap validitas
internal dan oleh karena itu lebih sedikit hipotesis-hipotesis saingan yang
mungkin menjadi sebuah penjelasan terhadap data yang ditemukan. Lebih jelasnya,
studi kuantitatif pada umumnya lebih sulit dikontrol daripada studi kualitatif.
·
Validitas Eksternal
Validitas eksternal, dengan kata lain,
menggambarkan pengeneralisasian hasil penelitian, dengan atau tanpa kesimpulan peneliti
dapat diterapkan pada populasi yang lebih besar dari sampel yang diteliti.
Pengontrolan yang sulit, populasi kecil kadang digunakan dan metode reduksi
dalam penelitian kuantitatif kadang membuat ini sulit digeneralkan pada
populasi yang lebih besar. Dalam penelitian kualitatif, validitas eksternal
harus dilakukan dengan kemmapuan peneliti untuk mendeskripsikan penelitian
dalam cara yang akan membantu peneliti lainnya bekerja dengan populasi yang
lain. Jika metode reliabel untuk memsusun informasi digunakan, dan jika
informasi berguna dan berdasarkan pada basic
teori pendukung, kemudian implikasi penelitian akan bergunan bagi peneliti
lainnya.
·
Apakah Validitas Valid
dalam Penelitian Kualitatif?
Berhubungan dengan penelitian
kualitatif, beberapa menyarankan bahwa lebih baik menggunakan ranah validitas,
penelitian kualitatif sebaknya menjelaskan kredibilitas dan kelayakan untuk
dipercaya sebuah penelitian. Upaya untuk mendeskripsikan kejadian-kejadian
dalam cara yang reliabel dan valid angat susah, hal ini sangat lumrah,
kejadian-kejadian dapat memiliki banyak makna bergantung pada kerangka pikir
siap yang menjelaskan.
Kemampuan untuk menciptakan reliabilitas
dan validitas dari penelitian kualitatif berdasarkan pada seberapa baik
peneliti mampu menyimpan informasi dan menganalisis hasilnya. Berikut ini sara
yang dapat menjadi cara untk memastikan kredibilitas penelitian kualitatif
(Best & Khan, 2006; Christensen & Brumfield, 2010; McMillan dan
Schumacher, 2010) :
-
Mengadakan prolog dan
lahan kerja yang persisten dalam pengumpulan informasi
-
menggunakan triangulasi
atau menggunakan multiple metode untuk menyusun data (misal : observasi,
interview, dokumentasi)
-
menggunakan bahasa yang dipahami partisipan
-
mendeskripsikan
informasi yang disusun dalam tema-tema yang kongkrit
-
menggunakan banyak
peneliti untuk mengurangi bias
-
mengupayakan “brackret off” terhadap bias individual sehingga mereka tidak kebingungan
dengan data yang dikumpulkan
-
merekam data secara
mekanis, jika memungkinkan, memastikan akuransinya
-
menggunakan informan
atu peneliti yang melakukan partisipan observasi untuk menguatkan fakta yang
disusun
-
menggunakan auditor
eksternal untuk mengecek bias dalam proses penelitian
-
melakukan member check dengan bertanya pada individu untuk mereview keakuratan transkrip
-
mencari aktif
diskrepansi data atau informasi yang tidak mendukung seperti kebenaran yang
berbeda dari situasi yang dipoinkan.
Setelah data disusun dan dibuktikan,
peneliti harus melalui proses yang teliti dalam mereview data, mensintesis
hasil, dan membuat kesimpulan serta genaralisasi. Pertanyaan orijinal
penelitian yang diajukan peneliti mungkin mengalami perubahan selama penelti
melakukan proses review data dan analisis sumber. Hasil akhir penelitian
melibatkan analisis logis dari materi yang disusun sebagai lawan dari analisis
statistik yang kita temui pada penelitian kuantitatif. Pada akhirnya, peneliti
perlu berhati-hati untuk tidak kaku terhadap poin yang telah ia buat dan sebaiknya
membuka diri untuk menerima opini sebagai bentuk dukungan dan pengadaan temuan
utama.
6.
Membaca
dan Menulis Penelitian
Membaca penelitian kuantitatif dan
kualitatif mengikutsertakan bagian logika yang menggambarkan apa yang peneliti
telah lakukan dalam studinya. Meskipun penelitian kuantitatif dan kualitatif
mempelajari pendekatan pencapaian pengetahuan secara berbeda, cara menyajikan
hasil penelitian sama. Berikut ini bagian-bagian penting dalam naskah pelaporan
penelitian :
·
Abstrak.
Ringkasan pendek dari naskah yang pada uumnya berisi kurang dari 100 kata
·
Review
literatur. Sesi ini berisi review penelitian
terdahulu yang telah dilengkapi dalam area studi dan dielaborasikan dengan
pernyataan permasalahan. Review dapat berupa sependek-pendeknya satu halaman
atau sepanjang-panjangnya sepuluh halaman dan harus diberikan hipotesis penelitian atau pertanyaan
penelitian.
·
Hipotesis
penelitian atau pertanyaan penelitian.
Pada umumnya hipotesis atau pertanyaan penelitian dapat ditemukan diakhir
review literatur. Hipotesis atau pertanyaan penelitian mendefinisikan variabel,
mengidentifikasi hubungan antar variabel, dan mendefinikan populasi yang
dipelajari.
·
Metodologi.
Sesi metode atau prosedur penelitian mendeskripsikan bagaimana studi diadakan
dan termasuk deskripsi partisipan, pernyataan tentang instrumen yang digunakan,
termasuk validitas dan reliabilitas instrumen, sumber data, prosedur teknis
pelaksanaan studi, dan prosedur pengumpulan data.
·
Hasil.
Sesi naskah ini mendeskripsikan jenis
analisis statistik atau sintesis data yang digunakan sama baiknya dengan
deskripsi dalam penulisan diagram, tabel dan gambaran hasil yang diperoleh.
·
Diskusi,
Implikasi dan kesimpulan. Sesi ini
mendeskripsikan bagaimana hasil penelitian dihubungkan dengan hipotesis atau
pertanyaan penelitian. Hasil harus berkaitan dengan penelitian terdahulu
danalasan yang masuk akal mengapa hasil yang ditemukan didiskusikan. Beberapa
metodelogi permasalahan dijelaskan di bagian ini. Meskipun penulis memiliki
kebebasan untuk menuangkan spekulasinya, penulis harus melakukan itu secara
sementara. Seringkali penulis masuk ke dalam sesi ini bagaimana penelitian
diterapkan pada studi selanjutnya.
·
Reference.
7.
Evaluasi
dalam Konseling
Konsep penelitian banyak digunakan dalam
evaluasi, tujuan evaluasi berbeda dengan tujuan penelitian (Leary, 2007).
Penelitian cenderung menguji paradigma baru untuk mengembangkan pemahaman dan
pengetahuan serta bagaimana pengetahuan dapat diaplikasikan ke dalam praktik,
sedangkan program evaluasi harus dilakukan dengan apakah iya atau tidak program
tersebut mencapai tujuan dan obyektif serta harus menunjukkan kebenaran dan
nilai-nilai (Houser, 2009; Leary, 2007;Roys, Thyer & Padgett, 2010)
Sebagai seorang konselor, kita akan
diminta untuk mengevaluasi perkembangan konseli dan keefektifan program yang
kita adakan. Dalam hal ini, mungkin kita akan diminta untuk menunjukkan bukti
bahwa konseli kita berkembang melalui konseling atau mendemonstrasikan
keefektifan dari program self-esteem,
program bimbingan klasikal, program pengembangan karier, kefektifan
program parenting, atau
program-program sederhana yang menjelaskan program-program yang diberikan
kepada konseli. Program eveluasi memiliki kedudukan yang penting dalam
penjelasan keefektifan hubungan kerja di sekolah. Penggunaan teknik evaluasi
juga merupakan langkah penting dalam proses pertanggungjawaban dan menjamin
publik dan agen pendanaan bahwa agensi menunjukkan layanan utama dan efektif
untuk konseli (;Leary, 2007;Roys, Thyer & Padgett, 2010). Dengan tujuan
untuk mengembangkan program yang sedang dijalankan atau dikembangkan maka terdapat pengukuran
evaluasi sumatif dan formatif dapat dilakukan.
Evaluasi
formatif dan sumatif terkadang disebut dengan evaluasi proses dan
evaluasi hasil, kedua evaluasi ini memiliki tujuan yang berbeda. Evaluasi
formatif berfokus pada asesmen program selama dilaksanakan agar mampu menyusun
umpan balik tentang keefektifan program dan mengijinkan perubahan dalam
pelaksanaan program bila diperlukan. Sedangkan evaluasi sumatif mengasesmen
secara keseluruhan program dengan tujuan untuk memutuskan apakah program akan
dilaksanakan lagi ataukah bagaimana program ini perlu diubah agar lebih efektif
lagi.
Cara yang paling banyak dilakukan untuk
menyelenggarakan evaluasi formatif adalah meminta umpan balik secara verbal
kepada audience. Dalam hal ini,
peneliti perlu membuka diri terhadap umpan balik yang diberikan, khususnya
kritis negatif akan dapat mengubah program ditengah jalan. Lakukan hal ini
sesering mungkin agar partisipan dengan bebas dan terbuka mengungkapkan
perasaannya. Peneliti juga dapat mengunakan format berbentuk rating yang dapat
diisi oleh partisipan yang mana prosesnya lebih cepat dalam pengumpulan
umpanbalik, namun kelemahan teknik ini adalah partisipan tidak dapat
memberikan umpan balik
selain yang ditanyakan dalam daftar rating.
Evaluasi sumatif digunakan untuk
menunjukkan keefektifan program dengan tujuan menentukan apakah program akan
diberikan pada konseli di masa mendatang dan ini adalah cara untuk menunjukkan
tanggungjawab kepada agen pendanaan atau agen administrasi. Evaluasi sumatif
pada umumnya melibatkan dan proses formal yang sering menilai sisi-sisi manusia
secara luas yang terlibat dalam program.
Evaluasi sumatif kadang melibatkan
penggunaan desain penelitian yang spesifik. Penggunaan penelitian eksperimen
maupun true-eksperimen dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap program yang telah diberikan kepada konseli.
Meskipun evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif hampir memiliki persamana, berikut ini perbedaan yang utama antara
kedua jenis evaluasi.
Perbedaan Evaluasi
Formatif Dan Evaluasi Sumatif
Evaluasi
Formatif
|
Evaluasi Sumatif
|
|
Fokus
|
Disini dan Sekarang
|
Outcome dari program
|
Tujuan
|
Untuk menentukan nilai suatu program yang sedang
terjadi
|
Untuk menentukan nilai suatu program setelah program
berakhir
|
Hipotesis/pertanyaan
|
Hipotesis atau pertanyaan. Biasanya pertanyaan
|
|
Populasi
|
Kelompok Layanan (seperti : workshop, kelompok
bimbingan, konferensi)
|
|
Desain / statistik
|
Biasanya :
Informal
Statistik deskriptif
|
Dapat berbentuk :
Statistik deskriptif
Desain eksperimen
Desain ex post
facto
|
Validitas/kredibilitas
|
Internal dan Eksternal validitas
|
0 Response to " Penelitian dan Evaluasi dalam Konseling"
Post a Comment