MODEL-MODEL PROSES UNTUK KONSELING PROFESIONAL
MODEL-MODEL
PROSES UNTUK KONSELING PROFESIONAL
Dalam tulisan ini termuat
berbagai bahasan yakni tentang Sifat teori Konseling (nature of
counseling theory), Model Proses dalan Konseling (Process
Models in Counseling), , dan evaluasi proses
dan hasil ( evaluation proses and outcome).
1.
Sifat Teori
Konseling
Berkembangnya teori-teori bimbingan konseling serta
psikologi mendorong pengembangan teori-teori pendekatan klasik, sehingga
muncullah berbagai teori konseling. Munculnya teori-teori baru dalam konseling
dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada, kritik terhadap teori
maupun pengembangan teori yang baru. Karasau (1986) melaporkan adanya 400 model
konseling dan psikoterapi. Faktanya, area studi ini masih sangat baru dan belum
banyak kesempatan untuk mengeksploitasi ide baru yang muncul antara 1950 sampai
1970 dan mengintegrasikan dalam pendekatan gabungan. Terdapat tiga pendekatan
besar dalam konseling yaitu: psikodinamik, kogniti-behavioral dan humanistik
yang mempresentasikan cara yang sangat berbeda dalam memandang manusia, masalah
emosional, dan tingkah laku mereka (Mc.Leod, 2006,p.11)
1.
Pendekatan besar
dalam konseling
a.
Teori psikodinamik
b.
Teori behavioral
c.
Teori humanistik
Dalam
berbagai literatur konseling, terkandung atau berisi
berbagai macam rujukan atau
teori/ pendekatan konseling,
masing-masing mengaku mewakili pendekatan baru, berbeda,, dan unik untuk
konseling individu atau kelompok, konsultasi, atau pelatihan. Dari hasil berbagai riset para ahli menyatakan sebagian
besar dari apa yang disebut teori, dalam kenyataannya, teori-teori ilmiah yang
tidak benar-benar dalam arti ketat dari istilah tersebut. Artinya, mereka tidak
benar-benar ada untuk fokus dan membimbing penyelidikan empiris dan tidak
benar-benar fundamental diperketat melalui akumulasi temuan penelitian yang
solid. Memang, disebut teori benar-benar terus menerus diubah, disempurnakan
dan disahkan oleh penelitian yang sistematis,
Sebagian besar apa yang disebut teori benar-benar
hanya heuristik, yaitu, perangkat yang dirancang untuk mempersempit pencarian
faktor-faktor signifikan yang dapat dimanfaatkan untuk menyoroti aspek yang
paling relevan dan signifikan dari masalah manusia yang kompleks dan situasi.
sekarang kita akan memiliki kerangka teori tunggal pemersatu untuk konseling
daripada terus berkembang biak set bersaing dan kontras, jika sering tumpang
tindih dalam menggunakan berbagai pendekatan.
2.
Pendekatan eklektivme
Salah
satu daya tarik seperti pertama dibuat oleh Robert Caj-khufF (1966) dalam
review penelitian konseling. Carkhufif menyerukan gerakan untuk apa yang
disebutnya "eklektisisme sistematis." Baru-baru ini panggilan
tersebut juga telah terdengar oleh Lazarus (1973), Ponzo (1976), Dimond, Havens
dan Jones (1978), dan Goldfried (1980).
Lazarus
(1967) telah sangat menunjukkan bahwa tidak ada alasan yang baik ada untuk
mencegah dokter dari menggunakan kombinasi teknik yang muncul tepat untuk
membantu klien tertentu dalam situasi tertentu. Lazarus disebut penggunaan
pendekatan tersebut "eklektisisme teknis." Tentu saja, bahkan
terutama perempuan, pendekatan konseling prestasi komitmen filosofis atau
emosional dari pengikut mereka, komitmen tersebut cukup harus datang pada
tingkat seleksi tujuan daripada kerja teknik tertentu.
a.
Pengertian Eklektisme
Eklektisme
(eclectism) adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode,
teori, atau doktrin,yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya
dalam situasi yang tepat. Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori
yang ada dan menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat.
Pendekatan konseling eklektik berarti
konseling yang di dasarkan pada berbagai konsep dan tidak berorientasi pada satu
teori secara eksklusif. Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki
keterbatasan konsep,prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja”
mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien. Konseling
eklektik dapat pula disebut konseling integratif.
Konseling eklektik dapat pula disebut
dengan pendekatan konseling integratif. Perkembangan pendekatan ini dimulai
sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C.Thorne menyumbangkan pemikirannya dengan
mengumpulkan & mengevaluasi semua metode konseling yang ada. Brammer &
Shostrom (1982) sejak 1960 mengembangkan model konseling yang dinamakan
“actualization counseling” & telah membawa konseling ke dalam kerangka
kerja yang luas, yang tidak terbatas pada satu pendekatan tapi mengupayakan
pendekatan yang integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir 1960-an
hingga 1977, R.Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan
melakukan testing & riset secara komperhensif, sistematik, &
integratif. ahli lain yang turut membantu perkembangan konseling eklektik di
antaranya G.Egan (1975) dengan istilah Systemic helping, prochaska (1984) dengan
nama Integrative eclectik.
b.
Keunggulan dan
kelemahan eklektivme
Menurut pandangan Shertzer & Stone
dalam buku Fundamentals of Counseling, konseling eklektik sebagaimana
dikonsepsikan oleh Trone, mengandung:
1)
Unsur Positif
diantaranya usaha menciptakan suatu sistematika dalam memberikan layanan
konseling.
2)
Unsur Negatif
diantaranya menjadi mahir dalam penerapan satu pendekatan konseling tertentu
cukup sulit bagi seorang konselor.
c. Perbandingan
eklektik dengan pendekatan lain
Capuzzi dan Gross (1991) mengemukakan
bahwa dalam penerapannya terdapat 3 aliran konseling yaitu:
1)
Formalisme atau
Puritisme
Penganut formalisme akan “menerima atau
tidak sama sekali”sebuah teori . seluruh kerangka teoritiknya secara bulat
tanpa ada kritik sedikitpun. Teori yang tidak disetujui akan ditolak
keseluruhannya. Dengan demikian penganut formalisme akan menerima apa adanya
tanpa kritik.
2)
Sinkertisme
Pandangan ini beranggapan bahwa setiap
teori adalah baik, efektif & positif. Kalangan sinkertisme menerapkan
teori-teori yang dipelajari tanpa perlu melihat kerangka & latar belakang
teori itu dikembangkan. Penganut sinkertisme akan mencampur adukan teori yang
satu dengan teori lain sesuai dengan kehendak sendiri.
3)
Eklektisme
Penganut pandangan eklektik akan
menyeleksi berbagai pendekatan yang ada. Prinsipnya setiap teori memiliki
kelemahan dan keunggulan. Suatu teori dapat diterapkan sesuai dengan masalah
klien dan situasinya. Konselor menyeleksi teori-teori yang ada & membawa
kedalam kerangka menyeleksi teori-teori yang ada & membawa kedalam kerangka
kerja prinsip-prinsip teoritik & prosedur praktis.
Kecocokan
antara masalah dengan pendekatan yang digunakan merupakan pertimbangan utama
konselor dalam menetapkan jenis pendekatan apa yang hendak digunakan. Oleh
karena itu konselor eklektik semestinya memahami berbagai pendekatan dan
memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi yang diharapkan .
Penganut eklektik menyatakan bahwa
fleksibilitas dalam menggunakan kerangka teori sangat penting. Konselor
eklektik tidak masalah dengan konseling psikoanalisis, yang berpusat paada
person, rasional emotif behavioral, maupun behavioral
Pendekatan eklektik ini sangat ilmiah,
sistematik, dan logis. Konselor tidak perlu terikat dengan salah satu teori.
Dalam pendekatan eklektik konselor menjalankan konseling secara sesuai dengan
situasi kliennya. Mereka tidak bekerja secara
serampangan,emosional,popularitas,interes khusus,ideologi atau atas kemauan
dirinya sendiri. Lebih dari itu pendekatan eklektik itu sendiri secara konstan
berkembang dan berubah sesuai dengan ide, konsep dan teknik serta hasil-hasil
riset mutakir.
d.
Asumsi konseling
eklektif
Eklektik mempunyai sejumlah Asumsi Dasar
berkaitan dengan proses konseling. Asumsi dasar itu adalah:
1.
Tidak ada sebuah teori
yang dapat menjelaskan seluruh situasi klien
2.
Pertimbangan
profesional/pribadi konselor adalah faktor penting akan keberhasilan konseling
pada berbagai tahap konseling.
Menurut
Gilland dkk (1984) asumsi yang telah disebutkan ditunjang oleh kenyataan
berikut :
1.
Tidak ada dua klien/
situasi klien yang sama
2.
Klien adalah pihak yang paling tau problemnya
3.
Kepuasaan klien lebih di utamakan diatas
pemenuhan kebutuhan konselor
4.
Konselor menggunakan
keseluruhan sumber professional dan personal yang tersedia dalam situasi
pemberian bantuan (konseling)
5.
Konselor dan proses
konseling dapat salah dan dapat tidak mampu untuk melihat secara jelas atau
cepat berhasil dalam setiap konseling atau situasi klien
6.
Secara umum,efektivitas
konseling adalah proses yang dikerjakan “dengan” klien bukan “kepada” atau
“untuk” klien.
Berangkat dari
asumsi dan fakta ini maka konseling elektik tidak mendukung dan secara
eksekulsif mengikuti teori tertentu. Eklektik di dasarkan pada prinsip umum
untuk memahami dam memprediksi tingkah laku klien dan menggunakan teori dan
strategi serta teknik konseling sesuai dengan situasi nyata.
e.
Tujuan konseling
Ekletif
Tujuan konseling
menurut eklektik adalah membantu klien mengembangkan integrasinya pada level
tertinggi,yang ditandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas yang
memuaskan.
f. Strategi konseling eklektif
1). Hubungan konselor dan
klien :
Untuk
mencapai hasil, konseling eklektik memandang pentingnya hubungan positif antara
konselor dengan klien yang tergantung pada:
a)
Iklim konseling.
b)
Ketrampilan konseling.
c)
Komunikasi verbal dan
non verbal.
d)
Kemampuan mendengarkan
2). Interview
Eklektik memandang interviu sebagai
strategi untuk membangun atau menciptakan struktur hubungan. Awal interviu
merupakan tahap untuk membuka dan menciptakan hubungan kepercayaan. Dengan
interviu akan dapat mengidentifikasikan dan menjelaskan peran dan tanggung
jawab konselor dan klien, mengidentifikasikan alas an klien datang ke konselor,
membangun kepercayaan dan hubungan.
3). Assesmen
Assesmen berguna untuk
mengidentifikasikan alternatif dan mengembangkan alternatif itu secara
realistik,merencanakan tindakan dan membantu klien meningkatkan potesinya.
4). Perubahan ide
Eklektik memandang bahwa alternative
pemecahan dilaksanakan dengan sangat fleksibel,maka pemecahan masalah diganti
dengan cara lain yang lebih efektif. Konselor membutuhkan fleksibelitas
pemikiran dan fleksibilitas dalam pemecahan masalah.
f.
Tahapan konseling eklektif
1)
Tahap eksplorasi masalah
Konselor
menciptakan hubungan klien, membangun saling kepercayaan, menggali pengalaman
klien pada perilaku lebih dalam,mendengarkan apa yang menjadi perhatian klien
atau menggali pengalaman-pengalaman klien dan merespon isi dari dibicarakan
klien.
2)
Tahap Perumusahan
Masalah
Masalah
klien baik efeksi,kognisi maupun tingkah laku di perhatikan oleh konselor
setelah itu keduanya merumuskan dan membuat kesepakatan masalah apa yang sedang
di hadapi.
3)
Tahap Identifikasi
Alternatif
Konselor dengan klien
mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan dari rumusan masalah yabg
telah disepakati. Konselor dapat membantu klien menyusun alternatif-alternatif
dan klien memiliki kebebasan memilih alternative yang ada.
4)
Tahap Perencanaan
Setelah klien
menetapkan pilihan dari sejumlah alternative, selajutnya menyusun rencana
tindakan. Rencana yang baik jika realistic, bertahap, tujuan setiap tahap juga
jelas dan dapat dipahami klien (Rencana bersifat tentatif sekaligus pragmatif.
5)
Tahap Tindakan atau
Komitmen
Tindakan berati
operasionalisai rencana yang disusun. Usaha klien untuk melaksanakan rencana
sangat penting bagi keberhasilan konseling.
6)
Tahap Penilaian Umpan
balik
Konselor dan klien
perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang keberhasilannya. Jika
terdapat kegagalan perlu di cari penyebabnya,dan mungkin diperlukan
rencana-rencana baru yang lebih sesuai dengan keadaan klien dan
perubahan-perubahan yang di hadapi klien.
d.
Peran konselor
dalam konseling eklektif
Dalam konseling eklektik peran konselor tidak
terdefinisi secara khusus. Jika dalam proses konseling itu menggunakan
pendekatan psikoanalisis, maka peran konselor adalah sebagai psikoanalisis, sementara jika pendekatan yang digunakan berpusat pada
person maka perannya sebagai patner klien dalam membuka diri terhadap
penggalamannya. Beberapa ahli eklektik memberikan penekanan bahwa konselor
perlu memberi perhatian pad kliennya,menciptakan iklim kondusif bagi perubahan
yang diinginkan klien.
0 Response to "MODEL-MODEL PROSES UNTUK KONSELING PROFESIONAL"
Post a comment