Landasan Psikologi Pendidikan
A. Pengertian Landasan Psikologi Pendidikan
Journal Paper | Psikologi berasal dari kata Yunani
yaitu psycho yang artinya roh, jiwa atau daya hidup, dan logos dapat
diartian ilmu .Jadi secara etimologi psikologi berarti: “ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”.
Psikologi adalah ilmu yang konkrit atau
ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme dalam hubungan dengan
lingkungannya.
Menurut Barlow (dalam Romlah, 2010:24) tentang psikologi pendidikan
“sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menjadikan serangkaian
sumber untuk membantu seseorang dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam
proses pembelajaran secara efektif”. Titik tekan dari pengertian ini adanya
interaksi antara guru dan siswa dalam kelas. Guru adalah seseorang yang
berkewajiban atau bertugas mengajar yang didalamnya terdapat serangkaian
mengajar, sedangkan siswa adalah sekumpulan individu yang sedang belajar dan
didalamnya terdapat strategi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi dan
prestasi yang di capainya.
Dari tata hubungan interdisipliner dengan ilmu sosial lainnya, khususnya terhadap
pendidikan, psikologi pun memberikan landasan, yaitu dalam hal pembinaan
perilaku. Karena pada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan sasaran utama
penyelenggaraan pendidikan. Sebagai ilmu perilaku, psikologi khusus mengarahkan
kegiatan studinya terhadap fenomena kejiwaan. Fakta menunjukkan bahwa karena
potensi kejiwaan cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara
bertahap, perilaku manusia pun cenderung mengalami perubahan dan perkembangan
secara bertahap pula. Oleh sebab itu, pelaksanaan pendidikan dalam hal
pengembangan materi pendidikan juga harus disesuaikan dengan
tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan
dipandang perlu dikembangkan berdasar pada psikologi perkembangan peserta
didik.
B. Kegunaan Psikologi Pendidikan
Peserta didik merupakan subyek dari psikologi pendidikan, di dalamnya
tidak lepas dari perilaku dalam mengekspresikan diri pada situasi
berlangsungnya pembelajaran, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Bentuk
ekspresi yang dilakukan oleh peserta didik tidak lepas dari unsur psikologi,
seperti kesiapan mereka untuk merima pelajaran, kesehatan mental yang
dialaminya, minat belajar dan lain-lain. Apabila guru/pendidik telah
memperhatikan berbagai ekspresi mereka, maka dengan mudah pendidik memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik. Psikologi pendidikan sangat berguna bagi
para pendidik, guru dan orang tua agar dapat:
Memberikan pengajaran dan pelajaran terhadap peserta didik terhadap
peserta didik, sesuai dengan perkembanga jiwa mereka.
Mengenal dan memahami keberadaan setiap peserta didik secara utuh baik
secara individual maupun kelompok.
Memperlakukan peserta didik sesuai dengan keadaan jiwa yang dialaminya.
Membantu peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapi.
Mewujudkan tindakan psikologi yang tepat dalam belajar-mengajar.
C. Bentuk Psikologi Pendidikan
Ada tiga bentuk psikologi pendidikan, yaitu:
Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksud adalah: (Nana Syaodih, 1989).
- Pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
- Pendekatan diferensial, pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya
- Pendekatan ipsatif,
pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja
disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara
individual
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan
yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan
sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan,
sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai
dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau dalam (Pidarta, 2007:200) membagi
masa perkembangan anak atas empat tahap :
- Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
- Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitif.
- Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
- Masa adolesen dari 15 – 25
tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini
sudah mulai belajar berbudaya.
Menurut Jean Piaget dalam (Pidarta, 2007:203) ada empat tingkat
perkembangan kognisi, yaitu:
- Periode sensorimotor pada
umur 0 – 2 tahun.
Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks. Reaksi intelektual hampir
seluruhnya karena rangsangan langsung dari alat-alat indra. Punya kebiasaan
memukul-mukul dan bermain-main dengan
permainannya. Mulai dapat menyebutkan nama-nama objek tertentu.
- Periode praoperasional pada
umur 2 – 7 tahun.
Perkembangan bahasa anak ini sangat pesat. Peranan intuisi dalam
memutuskan sesuatu masih besaar, menyimpulkan sebagian kecil yang diketahui.
Analisis rasional belum berjalan.
- Periode operasi konkret
pada umur 7 – 11 tahun.
Mereka sudah bisa berfikir logis, sitematis, dan memecahkan masalah yang
bersifat konkret. Mereka sudah mampu mengerjakan penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
- Periode operasi formal pada
umur 11 – 15 tahun.
Anak-anak ini sudah dapat berfikir logis terhadap masalah baik yang
konkret maupun yang abstrak. Dapat membentuk ide-ide dan masa depan yang
realistis.
2. Psikologi Pembelajaran
Psikologi Pembelajaran Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:
- Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang tentang respons anak yang diharapkan, beberapakali secara berturut-turut.
- Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih diingat.
- Penguatan, respons yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
- Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
- Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak dalam belajar.
- Aspek-aspek jiwa anak harus
dapat dipengaruhi oleh faktor –faktor dalam pengajaran.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang
menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim
disebut dengan teori belajar.
- Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal perkalian dan melatih soal-soal (disiplin mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
- Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
- Teori belajar kognisi
berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman,
untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide.
3. Psikologi Sosial
Psikologi Sosial Menurut Hollander (1981) psikologi
sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat,
yang mengkombinasikan ciri-ciri
psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap
individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama
yaitu.
- Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya.
- Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
- Latar belakang situasi.
Kedua data di atas kemudian dikaitkan
dengan situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan
keluarlah kesan pertama tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan
pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang
sulit untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik
punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka
dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan
motivasi belajar adalah.
- Minat dan kebutuhan individu.
- Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
- Harapan sukses.
D.
Implikasi Psikologi dalam
Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi social dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasinya kepada konsep pendidikan, yaitu:
Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
Psikologi belajar
- Klasik, disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal dan aktualisasi diri
- Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar bernyanyi dan sebagainya.
- Kognisi cocok untuk
mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan
pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu
atau ide baru.
2. Psikologi sosial
- Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para peserta didik mengalami konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan perilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap keras perasaan yang positif. Kosep diri yang keliru dapat merusak perkembangan anak.
- Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
- Sama halnya dengan sikap,
motivasi peserta didik juga perlu
dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui:
_Pemenuhan minat dan kebutuhannya.
_Tugas-tugas yang menantang.
_Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman
sukses.
- Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
- Pendidik perlu membendungkan perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti sosial dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak menggangu atau sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami putus asa.
- Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak. Sebab kepemimpinan sangat besar perannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari ankak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kesiapan afeksi harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka.
Wujud perkembangan total atau perkembangan seutuhnya memenuhi tiga kriteria, yaitu:
- Semua potensi berkembang secara proposional atau berimbang harmonis.
- Potensi-potensi itu berkembang secara optimal.
-
Potensi-potensi berkembang
secara integratif.
E. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena
pertumbuhan maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh
faktor internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan
perkembangan terutama karena pengaruh lingkungan. Kedua hal tersebut sebenarnya
hanya dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan, karena itu perubahan peserta
didik tersebut dapat disebut sebagai tumbuh-kembang manusia yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yakni faktor keturunan (hereditas), faktor lingkungan,
faktor proses perkembangan itu sendiri, serta
hal-hal lain sebagai anugerah.
Pemahaman akan tumbuh-kembang manusia itu sangat penting sebagai bekal
dasar untuk memahami peserta didik dan untuk menentukan keputusan dan atau
tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh-kembang itu secara efektif dan
efisien. Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang
berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan
kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun
dapat dikemukakan beberapa prinsip umum perkembangan kepribadian.
Salah satu prinsip perkembangan kepribadian ialah bahwa perkembangan
kepribadian mencakup aspek behavioral maupun aspek motivasional. Dengan
perkembangan kepribadian bukan hanya perubahan dari tingkah laku yang tampak,
tetapi juga perubahan dari hal yang mendorong tingkah laku tersebut. Prinsip
kedua dari perkembangan kepribadian ialah bahwa kepribadian mengalami
perkembangan yang terus menerus dan tidak terputus-putus, meskipun pada suatu
periode tertentu akan mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan dengan
periode lainnya. Di samping itu, hasil perkembangan pada periode tertentu akan
menjadi landasan bagi perkembangan periode berikutnya. Hal ini menunjukkan
pentingnya pendidikan informal di keluarga serta pendidikan prasekolah. Sedang
bagi guru di sekolah, hal ini berarti bahwa demi pemahaman kepribadian peserta
didik tertentu diperlukan kerja sama yang erat dengan orangtua peserta didik
yang bersangkutan, dan dengan demikian dapat membantu perkembangan kepribadian
siswa yang bersangkutan atas dasar hasil perkembangan yang telah terjadi di
keluarga.
Perkembangan kepribadian, di samping faktor keluarga juga dipengaruhi
oleh faktor hereditas (seperti keadaan fisik, intelegensi, temperamen, dan
sebagainya) dan faktor sosial budaya di luar lingkungan keluarga. Alexander
dengan tegas mengemukakan tiga faktor utama yang bekerja dalam menentukan pola
kepribadian seseorang yakni: bekal hereditas individu, pengalaman awal di
keluarga dan peristiwa penting dalam hidupnya di luar lingkungan keluarga.
Dengan demikian, dari potensi hereditas, perkembangan kepribadian akan
berlangsung atas dasar kerja sama antara proses maturasi (pendewasaan) sebagai
pengaruh faktor-faktor pertumbuhan di dalam diri (intern) manusia, dengan
proses belajar sebagai pengalaman-pengalaman yang dijumpai manusia dalam
hidupnya.
Penerapan Landasan Psikologis dalam Pendidikan di Indonesia saat ini
Landasan psikologis merupakan landasan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya.
Sehingga dapat dikatakan ketika pendidikan diselenggarakan tanpa memperhatikan
aspek psikologis sebagai landasannya maka penyelenggaraan pendidikan tidak akan
tepat sasaran sesuai kebutuhan dan perkembangan masing-masing peserta didik
yang berbeda satu dengan lainnya.
Mengenai penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat
ini nampaknya sudah menunjukkan hal yang menggembirakan. Kurikulum pendidikan
Indonesia yang terbaru saat ini yang sedang gencar dilaksanakan ialah Kurikulum
2013. Berdasarkan penyampaian dari pelopor munculnya kurikulum baru ini yaitu
Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS (Wamendikbud Nasional Indonesia bidang
pendidikan), ternyata banyak aspek psikologis yang menjadi perhatian sehingga
muncullah rancangan kurikulum 2013 ini yang pada akhirnya telah mencapai masa
pelaksanaannya yang disambut dengan beragam respon dari berbagai kalangan,
namun kebanyakan respon yang muncul ialah respon positif yang mendukung konsep
kurikulum 2013 tersebut karena dinilai banyak memiliki sisi positif dalam
pengembangan peserta didik untuk dapat menjadi insan yang kreatif, aktif,
produktif dan berkarakter.
Dengan kurikulum baru ini peserta didik juga tidak akan lagi merasakan
beban psikologis karena harus mempelajari banyak mata pelajaran, yang
kebanyakan dipelajari dengan metode menghafal, diselingi banyaknya tugas atau
PR, banyaknya buku pelajaran yang harus dibawa setiap kali ke sekolah yang
berpengaruh pula pada kondisi fisik berupa kelelahan, dan lainnya. Hal yang
sangat baik dari penerapan kurikulum baru ini juga yaitu sangat memperhatikan
aspek perbedaan potensi dan perkembangan peserta didik sehingga pendidikan
diharapkan akan tepat sasaran bagi setiap peserta didik untuk menjadikan mereka
anak negeri yang berkualitas dan berkompeten pada beragam bidang atau profesi.
Kontribusi Psikologi pendidikan
terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian Psikologi pendidikan telah
melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal
adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori
kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang
menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori
tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Kontribusi Psikologi pendidikan
terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian
Psikologi kita dapat memahami
perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian Psikologi telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama
setelah dikembangkannya berbagai tes Psikologi
baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
individu lainnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan Psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha
atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara Psikologi.
Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang
terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar
itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut Psikologi.
Dengan demikian, Psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara Psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan
Psikologi menelaah gejala-gejala
Psikologi dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta,Made.2014.
Landasan Pendidikan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Romlah. 2010.
Psikologi Pendidikan. Malang: UMM Press.
Suhartono,
Suparlan. 2009. Wawasan Pendidikan, Sebuah Pengantar Pendidikan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group.
Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://arerariena.wordpress.com/2011/03/09/landasan-psikologi-pendidikan/ diakses pada tanggal 20 September 2015.
Landasan psikologis mengajarkan tentang pembinaan perilaku yang pada dasarnya dapat memperbaiki perilaku seseorang khsususnya kejiwaan.
ReplyDeleteiya benar
Delete