Landasan Pendidikan
Pengertian
Landasan Pendidikan
Pengertian yang pertama mengacu kepada
pendidikan pada umumnya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi. Pada zaman
purba, kebanyakan manusia memperlakukan anak-anaknya secara insting, suatu
sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Insting merupakan
pembawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu di pelajari terlebih
dahulu. Yang termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa
cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu, dan merasakan
kehangatan kedekapan ibu. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala
sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. mulai dari perkembangan
fisik, kesehatan, ketrampilan, pikiran, perasaan,kemauan, sosial sampai
perkembangan iman semuanya di tangani oleh pendidik. Berarti mendidik adalah
membuat manusia menjadi lebih sempurna dan meningkatka hidupnya dari kehidupan
alamiyah menjadi berbudaya. ( Prof. Made
Pidarta ).
Dewey (1958:62)
menekankan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses pertumbuhan. Dalam hal
ini dia menulis “karena pertumbuhan merupakan ciri khas dari kehidupan, maka
pendidikan menjadi satu dengan pertumbuhan, tanpa akhir. Tolak ukur mutu pendidikan di sekolah
adalah sampai dimana sekolah itu dapat menciptakan suasana untuk pertumbuhan
dan menyajikan cara-cara untuk membuat pertumbuhan ini terlaksana dengan baik.
Pendidikan
mengandung tujuan yang ingin dicapai yaitu individu yang kemampuan-kemampuan
dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai
seorang individu maupun sebagai warga Negara/masyarakat. Upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam memilih isi (materi) strategi
kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat di berikan
dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, berupa pendidikan informal
dan formal. Apabila di arahkan empat
aspek pembentukan kepribadian manusia yaitu pengembangan manusia sebagai mahluk
individu, mahluk sosial, mahluk susila, dan mahluk beragama (religius).
Pendidikan
merupakan gejala yang universal, dimana ada manusia disana ada pendidikan. Oleh
karenanya pendidikan merupakan keharusan bagi manusia dan merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan sangat
mustahil bagi manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
2.2.
Perspektif Teori Landasan Pendidikan
Landasan
pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu. Landasan pendidikan menurut Prof. Made Pidarta ,
meliputi : Landasan Hukum, Landasan Filsafat, Landasan Sejarah, Landasan Sosial
Budaya, Landasan Psikologi, dan Landasan Ekonomi.
1. Landasan
Hukum
Kata
landasan hukum berarti melandasi/mendasari titik tolak. Landasan hukum seorang
guru boleh mengajar misalnya ada surat keputusan tentang pengangkatan nya
sebagai guru. Surat keputusan tersebut menjadi titik tolak untuk ia bisa
melaksanakan pekerjaan sebagai guru. Dan hal ini juga tercantum dalam
undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan nasional.
Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu
bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan
tinggi di tentukan oleh undang-undang ini.
2. Landasan
Filsafat
Filsafat
dalam arti sekarang mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Para tokoh filsafat
pada waktu itu adalah Socrates (469-399 SM), Plato (427-347), dan Aristoteles
(384-322) SM. Socrates mengajarkan bahwa manusia harus mencari kebenaran dan
kebijakan dengan cara berfikir secara dialektis. Plato mengatakan kebenaran
hanya ada di alam ide yang bisa diselami dengan akal, sedang Aristoteles
merupakan peletak dasar empirisme, yaitu kebenaran harus dicari melalui
pengalaman panca indra.
3. Landasan
Sejarah
Sejarah
adalah keadaab masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian
dalam ala mini,termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia.
demikianlah ada sejarah candi, fosil, batu-batuan, sejarah perkembangan benua
dan pulau, politik, sejarah suatu Negara, ilmu, pendidikan, dll.
4. Landasan
Sosial Budaya
Sosial
budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hamper tidak pernah lepas dari unsur-unsur
sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara
kelompok, sebagai contoh pekerjaan dirumah, di kantor, di perusahaan, di
perkebunan, di bengkel, dan di sekolah. Hampir semua pekerjaan di lakukan lebih
dari satu orang, ini berarti unsur sosial ada pada kegiatan tersebut. Sosial
mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu dengan
masyarakat serta unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami.
5. Landasan
Psikologi
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. jiwa itu sendiri
adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam
sekitar. Karena jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang
sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya juga masih bekemampuan sederhana sekali,
makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap
tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan.
6. Landasan
Ekonomi
Pada
zaman pasca modern/globalisasi ini yang sebagian besar manusianya cenderung
mengutamakan kesejahteraan materi di bandingkan kesejahteraan rohani. Hal ini
membuat ekonomi menjadi pusat perhatian yang sangat besar. Kecenderungan ini
sangat dipengaruhi oleh perkembangan budaya, terutama dalam bidang teknologi,
kesenian dan pariwisata. Berbagai produk ditawarkan baru yang semakin canggih
dengan model dan desain yang menarik, hal ini lah yang mendorong situasi
orang-orang berusaha mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi
kebutuhan dirinya.
2.3
Teori
Praksis dalam Pendidikan
Pendidikan
selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktik. Teori pendidikan adalah
pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan,
sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya
(nyatanya). Praksis pendidikan adalah bidang kehidupan dan kegiatan praksis
pendidikan. Kedua jenis seyognya tidak dipisahkan, sebaiknya siapa yang
berkecimplung dalam bidang pendidikan perlu mengusai keduanya. Teori
mengandaikan praktek dan praktek berlandaskan teori. Oleh karena itu, dipandang
janggal bila ada orang yang mengatakan dapat melaksanakan pendidikan tanpa
mengusai teorinya.
Teori
pendidikan perlu memiliki syarat-syarat seperti logis, deskritif, dan
menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir lurus dan
benar. Deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas. Sedangkan
menjelaskan berarti memberikan penerangan. Teori pendidikan tidak dapat di
susun seperti teori dalam ilmu pengetahuan alam. Teori pendidikan di susun
sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional dari praktek pendidikan serta
dasar nya bersifat direktif. Di susun demikian rupa dengan maksud untuk
menemukan sejumlah penemuan dalam praktek. Fungsi teori pendidikan menunjukkan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan sehingga di sebut direktif ( mengarah
pada tujuan perkembangan yang optimal).
2.3.1
Situasi
Pendidikan
Kegiatan
pendidikan, yang terlaksana melalui hubungan atau interaksi pendidikan antara
peserta didik dan pendidik, mrupakan peristiwa dan sealigus upaya yang istimewa
dan unik.
A.
Hubungan
sosial, hubungan pendidikan, dan situasi pendidikan.
Hubungan
pendidikan antara peserta didik dan pendidikan tidak terjadi secara
acak.artinya, tidak sebarang hubungan
antara seseorang dengan orang lain, kapan saja, dimana saja,dalam
kondisi apapun juga dan dengan cara
bagaimanapun juga akan menjadi apa yang dinamakan hubungan pendidikan, atau secara singkat
pendidikan saja. Peristiwa pendidikan hanya akan apabila situasi itu tumbuh dan
berkembang melalui teraktualisasikannya kondisi tertentu di dalam relasi kedua
bela pihak yang berhubungan itu. Relasi kedua bela pihak itu memang merupakan
persyaratan terjadinya situasi pendidikan, tetapi hubungan itu sendiri tidak
menjamin kepastian tumbuh kembangnya situasi pendidikan,pada banyak kasus dapat
di ketahui bahwa hubungan yang terjadi diantara dua pihak manusia justru
menimbulkan situasi yang bertentangan dengan makna dan tujuan pendidikan itu
sendiri, seperti terjadinya pelecehan, penghinaan,persaingan,penghisapan
permusuhan dan sebagainya. Relasi abntara kedua pihak yang berhubungan meruplam
hal akan lahan bagi tumbuh kembangnya situasi pendidikan.
Dalam kendisi
yang lebih formal,pendidikan cendrunglebih resmi, pendidikan cendrung lebih
berperan sebagai pengawal dan sekaligus pengembang situasi penidikan.
Pendidikan berada di depan dan peserta didik mengikutinya. Dalam hal
formal diseperti itu pendidik dalam
kondisi menjalankan tugasnya dan peserta didik berposisi sebagai sasaran dan
tugas yang dilaksanakan oleh pendidik.
B.
Komponen
pokok situasi pendidik
Setiap kegiatan
pendidikan, yang berlangsung dalam hubungan pendidikan,selanjutnya di sebut
situasi pendidikan, dalamnya terkandung
komponen peserta didik, pendidik, tujuan pendidik, dan proses pembelajaran.
1. Peserta
didik
Peserta
didik adalah manusia yang sepenuhnya memiliki HMM
dengan segenap kandunganya.peserta didik dengan HMMnya berhak hidup sesuai
dengan HMMnya yang perlu di perkembangkan
melalui pendidikan. Dengan kata lain, pendidikanlah yang akan
mengembangkan HMM peserta didik sehingga
peserta didik menjdi apa yang di sebut sebagai manusia seutuhnya.
2. Pendidik
Seperti
juga peserta didik,pendidik adalah manusia yang sepenuhnya memiliki HMM dengan
segenap kandungannya. Pendidik dengan HMMnya, dan perlu bekerja, dalam hal inii
sebagai pendidik, yang harus melayani perkembangan HMM peserta didik. Dalam
diri pendidik, HMM pendidik itu secara relative telah lebih berkembang
dibanding perkembangan HMM perserta didik.
3. Tujuan
pendidikan
Tujuan
pendidikan pada dasarnya tidak lain
adalah arah yang hendak dicapai demi perwujudan tu juan hidup manusia, yaitu
hidup sesuai HMM, dengan segenap kandungannya, yaitu berkembangnya secara
optimal hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya. Tujuan pendidikan
mengarah pada pembentukan manusia yang
berprikehidupan takwa pada tuhan yang maha kuasa, sesua dengan
keindahan, kesempurnaan dan ketinggian
derajatnya, menguasai dan memelihara alam tempat tinggalnya, dan terpenuhi hak
hak azazinya. Prikehidupan seperti itu
sesuai dengan tuntutan dimensi dimensi kefitrahan, keindividuan,
sosialan,susilaan, dan keberagamaan manusia. Dalam pada itu, prikehidupan
demikian dapat di peroleh melalui di kembangkannya daya daya takwa, cipta,
rasa, karsa dan karya setiap individu. Dengan kata lain tujuan pendidikan, dari
pangkal yang paling dasar sampai dengan ujung jabarannya yang paling
operasional haruslah mengacu pada perkembangan unsur-unsur hakikat manusia,
dimensi kemanusiaan, dan pancadaya.
4. Proses
pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang di
jalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pendidik di satu sisi,
dan di sisi lain merupakan kegiatan yang
di upayakan oleh pendidik agar kegiatan tersebut berlangsung untuk
sebesar-besarnya bermanfaat bagi
pencapaian tujuan pendidikan oleh peserta didik.proses pembelajaran ini
berlangsung dalam interaksi antara komponen pesrta didik dan pendidik dengan
muatan tujuan pendidikan.dalam interaksi ini pendidikan menyikapi dan
memperlakukan peserta didik sesuai dengan HMM yang melekat pada diri peserta
didik,untuk mencapai tujuan pendidikan yang tidak lain adalah upaya perwujudan
HMM itu pada prikehidupan peserta didik. Dalam penyikapan dan perlakuan peserta
didik seperti itu, peserta didik berprilaku sesuai dengan dinamika HMMnya yang
sedang berkembang. Dalam proses pembelajaran terjadi” interaksi HMM” antar
peserta didik dan pendidik.
C.
Kenormatifan
tujuandan isi pendidikan
Manusia
seutuhnya adalah sosok individu yang HMM nya terwujudkan secara penuh melalui
pengembangan hakikat manusia dengan kelima dimensi kemanusiaannya melalui pengaktifan pancadaya secara optimal. Inilah paradigma pemuliaan
kemanusiaan manusia yang melandasi
kegiatan pendidikan, yang mewarnai komponen komponen situasi pendidikan.
Manusia melakukan kegiatan pendidikan atau menjalani proses pembelajaran bukan
karena sekedar ingin belajar/bisa belajar, melainkan sejak awal kejadiannya
telah dilengkapi oleh kemampuan belajar untuk mengarungi arah dan mencapai
tujuan kehidupan manusia itu sendiri, yaitu kebahagian hidup di dunia dan
akhirat.
Arah dan tujuan
untuk mencapai kebahagian hidup itu merupakan fondasi kebahagiaan hakiki
pengembangan manusia, sekaligus menjadi tujuan mendasar pendidikan. Tujuan
dasar ini memuat isi atau subtansi perwujudan hakikat manusia dalam HMM.
D.
Pilar proses pembelajaran
Dalam
pelaksanaannya, proses pembelajaran merupakan usaha sadar terencana oleh
pendidik agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran
yang berciri tiga dimensi itu memerlukan perangkat pendidikan yang didukung
oleh dua pilar, yang disini di sebut kewibawaan dan kewiyataan.
1. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan
perangkat hubungan antar personal yang mempertautkan peserta didik dengan
pendidik dalam situasi pendidikan. Melalui kewibawaan ini, hungan antara
keduanya merupakan relasi social yang mewarnai keunikan situasi pendidikan
secara mendasar. Dengan kewibawaan pendidik memasuki pribadi pesrta didik, dan
peserta didik mengarahkan dirinya kepada pendidik.
a. Pengakuan
dan penerimaan
Pengakuan dan
penerimaan adalah kesadaran dan pemahaman pendidik tentang segenap kandungan HMM yang sepenuhnyamelekat
pada diri peserta didik. Atas dasar kesadaran dan pemahaman itu pendidik
menghadapi dan memberikanperlakuan terhadap peserta didik sesuai dengan HMM
demi teraktualisasikannya hakikat mansia melalui pengembangan dimensi
kemanusiaan dan pancadayanya secara optimal.kesadaran dan pemahaman pendidik
yang bermuara pada penyikapan dan perlakuan terhadap peserta didik itu harus
sedemikian rupa terwujudkan sampai peserta didik benar benar di aktualisasikan
oleh peserta didik
b. Kasih
saying dan kelembutan
Kasih sayang dan
kelembutan merupakan warna dan kualitas hubungan yang berawal dari pendidik
kepada peserta didik, dalam bentuk komunikasi dan sentuhan sentuhan lainnya.
Hubungan ini, yang dasarnya adalah penerimaan dan pengakuan, dioperasional
dalam nuansa nuansa sosio emosional yang sejuk, hangat, dekat, akrab dan terbuka.
c. Penguatan
Sebagaimana makna
dasarnya, penguatan merupakan upaya pendidik untuk menguatkan, memantapkan atau
meneguhkan hal-hal tertentu yang ada pada diri peserta didik. Apa yang di
kuatkan tidak lain adalah hal-hal positif yang ada pada peserta didik, terutama
tingkah laku positif yang merupakan hasil perubahan berkat upaya pengembangan
diri peserta didik. Penguatan dilakukan pendidik melalui pemberian penghargaan
secara tepat yang di dasarkan pada
prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku.
d. Tindakan
tegas yang mendidik
Sepintas terasa ada
kontradiksi tindakan tegas yang mendidik
dengan sikap dan perlakuan kasih sayang dan kelembutan,Tidak demikian adanya.
Tindakan tegas yang mendidik adalah upaya pendidik untuk mengubah tingkah
lakupeserta didik yang kurang di kehendaki melalu penyadaran peserta didik atas
kekeliruan dengan tetap menjunjung tinggi HMM dan hubungan baik antara pendidik
dan pesrta didik.dengan TMM itu pendidik konsisten terhadap HMM, tujuan
pendidikan, pengakuan dan penerimaan, serta kasih sayang dn kelembutan terhadap
peserta didik.
e. Pengarahan
dan keteladanan
Keteladanan merupakan
puncak penampilan pendidik terhadap peserta didik. Seluruh penampilan pendidik
yang di dasarkan pada penerimaan dan pengakuan, kasih sayang dan kelenbutan,
dlam bentuk penguatan dan TMM, yang seluuhnya positif dan normative itu, di
harapkan dapat di terima dan bahkan di tiru oleh peserta didik.satu hal yang
menjadi kunci bagi terlaksananya
keteladanan adalah ketaatasasan penampilan pendidik dengan materi yang patut di
teladani peserta didik.
2. Kewiyataan
Pilar kedua adalah
kewiyataan yang merupakan perangkat
praktik pembelajaran yang terkait langsung dengan materi pembelajaran yang di
turunkan dari tujuan-tujuan pendidikan dn dilaksanakan dengan arah pengembangan
pancadaya. Pengembangan dan apliksi metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran,
lingkungan pembelajaran yang keempatnya merupakan unsure praktik kewiyataan
yang selanjutnya di lengkapi dengan penilaian hasil pembelajaran. Sebagimana
kewibawaan, kewiyataan juga tidak boleh menyimpang dari HMM, yang berisi
hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya.
a. Materi
pembelajaran
Materi
pembelajaran merupakan isi atau subtansi
tujuan pendidikan yang hendak dicapai peserta didik dalam pengembangan dirinya.
Secara mendasar subtansi yang di maksud itu di turunkan dari khasanah HMM dalam
unsure-unsur hakikat manusia, dimensi kemanusiaannya, dan secara lebih
operasional, isi atau subtansujui tujuan yang dimaksud berada dalam
pengembangan unsure-unsur pancadaya. Dengan kata lain, materi pembelajaran yang
dikembangkan dan di usung oleh pendidik dalam prose pembelajaran adalah demi
berkembangnya pancadaya, yaitu daya takwa, cipta,rasa, karsa dan karya peserta
didik.
b. Metode
pembelajaran
Proses pembelajaran
ibarat pendorong atau kekuatan untuk meningkatkan dan mengangkut muatan materi
pembelajaran sampai ketujuan demi kepentingan peserta didik. Agar materi
pembelajan itu dapat dip roses dan diolah dengan sebaik-baiknya, pendidik perlu
mengaplikasikan berbagai pendekatan, metode dan cara-cara yang tepat agar
materi pembelajaran dapat terjangkau, terkerjakan dan termanfaatkan secara
efektif dan efisien oelh peserta didik.
c. Alat
bantu pembelajaran
Alat bantu pembelajaran
adalah berbagai sarana dan fasislitas yang dapat di gunakan pendidik untuk
memperlancar, mengefektikan dan mengefisienkan upaya pencapaian tujuan
pendidikan oleh peserta didik. Strategi multi media, dalam kaitannya dalam
multi strategi dan multisumber yang di gunakan oleh pendidik memperkaya proses
pembelajaran. Termasuk kedalam alat bantu pembelajaran adalah berbagai alat
peraga langsung, buatan guru, grafis dan elektronik, serta kelengkapan
laboratorium,studio dll.
d. Lingkungan
pembelajaran
Secara lebih luas dan
lebih mencakup, lingkungan pembelajaran mengacu kepada berbagai subtansi yang
dapat dan perlu di jadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan sebagai
sumber perangkat metode dan alat bantu pembelajaran. Lingkungan belajar
dikehendaki berada dalam kondisi cukup aman dan nyaman sehingga peserta didik
beta belajar di sana. Kondisi lingkungan belajar yang sehat dan menyenangkan
ibarat kondisi jasmaniah sehat bugar individu yang akan menunjang bagi
penampilan invididu secara efektif dalam aktivitas kehidupannya.
e. Penilaian
hasil pembelajaran
Proses pembelajaran di
selenggarakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan itu merupakan
keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan., sekecil apapun hasil
yang di peroleh itu. Untuk mengetahui keberhasilan yang di capai
deselenggarakan penilaian. Dengan adanya penilaian kemajuan perkembangan
peserta didik dapat di pantau dan selanjutnya di arahkan untuk lebih maju lagi.
Penilaian hasil pembelajan di selenggarakan melalui berbagai cara dan format
dengan pendekatan yang lebih bersifat pengembangan dengan memperhatikan potensi
dan perbedaan individual peserta didik. Termasuk di dalam penilaian adalah
upaya diagnosis, serta tindak lanjut, seperti apa yang sering d sebut
pembelajaran perbaikan dan pengayaan.
E.
Situasi
Pendidikan dalam Sosok Keilmuan Pendidikan
Sebelumnya telah dikemukakan bahasan singkat terhadap lima hal, yaitu har-kat dan martabat
manusia,
tujuan
pendidikan, peserta didik, pendidik, dan proses
pembelajaran yang di dalamnya termuat
perangkat pendidi kan dengan dua pilar utama, yaitu kewibawaan
dan
kewiyataan. Subtansi dari kelima hal tersebut dapat dirangkai dan disistematiskan men jadi satu
kesatuan yang membentuk sosok keilmuan pendidikan yang disebut
situasi pendidikan
REFERENSI
Mantja, W. 2001. Bahan Ajar; Landasan-Landasan
Kependidikan. Malang. Universitan Negeri Malang
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prayitno.
2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta : Grasindo
0 Response to " Landasan Pendidikan"
Post a comment