KONSULTASI DAN PELATIHAN KONSELING
KONSULTASI DAN
PELATIHAN
Prosedur
pelatihan dan jenis-jenis konsultasi dalam bimbingan dan konseling. Praktek
konsultasi dengan dengan orang tua dan petugas kesehatan mental lainnya. Selain
itu juga akan dibahas berkenaan dengan masalah konsultasi yang terjadi.
1.
KONSULTASI
Konsultasi ada seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pelayanan konsultasi berhubungan dengan
guru, kesehatan masyarakat dan berkenaan dengan perawat, para pekerja dan yang
lainnya yang bisa terlibat sebagai
seorang profesiona dalam bidang konsultasi. Ada beberapa macam jenis konsultasi:
a.
Konsultasi Triadik
(bertiga)
Konsultasi triadik merupakan konsultsi
yang dilakukan oleh tiga orang, disini konsultan bekerja sebagai penengah atau
mediator terhadap permasalahan terkonsultasi atau klien (Tharp & wetzel,
1969) orang yang bisa dilibatkan dalam konsultasi ini bisa orang yang
profesional, guru, orang tua, para
pekerja dibidang kesehatan dan otoritas kepemudaan.
Dalam konsultasi triadik terkadang seorang
konselor tidak pernah melihat kleinnya tetapi seorang konselor bisa
mengumpulkan informasi kemudian
bekerja melakukan prosedur diagnostik kemudian melakukan layanan khusus
terhadap klien.
Konsultasi tidaklah sama dengan bimbingan dalam arti
bahwa konsultasi tidak mengasumsikan
profesional penuh dan tanggung jawab etis bagi seorang konsultan. Konsultan
tidak boleh melanggar hubungan antara klien dan penengah. Pembedaan dalam hal
ini sangatlah penting seorang konsultan bukanlah seorang pengawas bagi seorang penegah ataupun
klien.
Ada hal yang juga penting
yang perlu dipahami oleh konsultan bahwasanya seorang konsultee tidak datang
kepada konsultan untuk mendapat nasehat pribadi tetapi untuk meminta bantuan
berdasarkan prosedur yang sangat spesifik. Konsultan harus sadar bahwa dalam
setiap proses ia akan melibatkan harapan bagi yag terkonsultasi. Ada tiga peran
yang berbeda yang mencirikan model konsultasi ini yaitu adanya konsultan yang
memberikan atau menyediakan keahlian,
konsultee yang mengaplikasikan apa yang didapat oleh konsultan dan klien yang
menjadi objek dari layanan.
b.
Konsultan Teknis
Konsultasi
ini dapat dikatakan sebagai layanan teknis , dimana dalam konsultasi ini
konsultan menyediakan pendapat para ahli atau yang berkompeten dalam memberikan
informasi yang sfesifik terhadap masalah yang dihadapi. Sebagai contoh
konsultan dapat melakukan serangkaian
diagnostik tertentu terhadap para siswa disuatu sekolah, terutama kasus yang
sulit ditangani dalam hal ini tenaga ahli dapat dimintai informasi tentang
perkemabangan kepribadian.
c.
Konsultasi Kolaboratif
Didalam
konsultasi kolaboratif tujuan utamanya adalah meliputi penyaluran informasi,
perencanaan, tugas dan tanggung jawab serta evaluasi bagi suatu hubungan.
Didalam konsultasi kolaboratif hubungan terjadi secara dua arah atau pihak,
dimana didalamnya informasi dan sumber daya dikumpulkan dan konsultan dan
terkonsultasi bekerja sebagai rekan setara dalam prosesnya.
d.
Konsultasi Facilitative
Didalam
konsultasi ini konsultan bertugas dalam mempasilitasi akses terkonsultasi ke
beragam sumber daya yang baru. Hubungan antara konsultan dan konsultee bersifat
sukarela dan sementara.
e.
Konsultasi kesehatan
mental
Dalam
konsultasi ini konsultan membantu terapis untuk memperoleh pemahaman lebih baik
tentang interaksinya dengan klien, melalui cara-cara penganalisisan, pendekatan
penanganan, pertimbangan respon-respon terkonsultasi mereka bagi klien dan yang
lebih penting lagi memberikan dukungan kepada pihak terkonsultasi.
f.
Konsultasi tingkah laku
Banyak
yang memasukan konsultasi teingkah laku terdiri atas bantuan terhadap para
pekerja yang berhubungan dengan jasa manusia, guru dan orang tua untuk
menggunakan penguatan dalam mengatur perilaku di lingkungannya.
g.
Konsultasi proses
Kadang-kadang
kebutuhan akan konsultasi sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga, atau kelompok
didalam organisasi. Konsultasi proses merupakan layanan yang diberikan ke
sebuah organisasi dalam upaya meningkatkan efektivitas kerja kelompok mencapai
tujuan-tujuannya. Konsultasi ini menyoroti interaksi diantara kelompok-kelompok
individu yang bekerja satu sama lain dalam bentuk hubungan tatap muka.
Istilah
konsultasi proses biasanya digunakan ketika konsultan masuk kedalam sebuah
organisasi untuk membantu mengembangkan organisasi tersebut. Konsultasi proses
didasarkan pada sejumlah asumsi tentang interaksi sosial didalam kelompok kerja
yaitu:
§ Bahwa
konsultasi proses bisa dicapai bila ada kejujuran dan keterbukaan didalam
kelompok kerja.
§ Ketika
kelompok kerja mengalami masalah, maka masalah itu lebih baik dipecahkan
langsung oleh kelompok itu dibandingkan ada penengah atau menyerahkan kepada
pimpinan yang tertinggi.
§ Kelompok
kerja memiliki tanggung jawab dalam memberikan pemecahan masalah, perencanaan,
dan pengambilan keputusan, pengorganisasian serta menekankan kepada usaha
mereka sendiri
§ Kelompok
kerja bisa memecahkan permasalahan mereka sendiri secara efektif ketika mereka
bisa menggunakan informasi data tentang hubungan antar pribadi mereka
dibandingkan menggunakan data dari tenaga diluar mereka.
2.
PELATIHAN (TRAINING)
Perkembangan lingkungan
mulai mendapat tantangan, dimana model
pengobatan medis merupakan cara mengatasi masalah yang dihadapi, salah
satu akibat dari perubahan ini adalah adanya model pelatihan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Penggunaan pelatihan bisa digunakan secara langsung
dalam upaya professional.(Blocher & Biggs,1983).
Pertumbuhan dan
perkembangan lingkungan yang modern membawa dampak yang berbeda terhadap diri klien. Sehingga
dibutuhkan strategi dan ketrampilan dan menghadapi masalh tersebut sebelum
mucul dampak seperti konflik atau gangguan. Ketika seorang konselor menghadapi
hal tersebut maka pelatihan merupakan metode yang lebih disukai.
Pelatihan intervensi
memiliki keunggulan dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang menganggap
bahwa seorang klien itu sebagai individu yang sakit, abnormal dan tidak
waras. Pelatihan lebih memandang klien sebagai pelajar yang mampu memperoleh
ketrampilan yang mereka perlukan dan siap untuk dibekali ketrampilan untuk menghadapi
tantangan masa depanya (Larsen,1984).
a.
Pelatihan Langsung
Program
pelatihan yang bisa dikembangkan untuk penanganan secara langsung dapat di
uraikan sebagai berikut:
1)
Pelatihan keterampilan sosial
Merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk mengembangkan keterampilan dan hubungan antar pribadi yang
didasarkan pada perkembangan psikologi perilaku. Didalam pendekatan ini,
sasaran dari program pelatihan secara hati-hati ditetapkan dalam kaitanya
dengan sfesifikasi perilaku, pengaturan perilaku yang diharapkan terjadi dan
memiliki ukuran-ukuran yang tepat serta memiliki standar yang dapat digunakan
dalam melakukan evaluasi apakah sasaran dari pelatihan telah tercapai.
Peningkatan program keterampilan sosial dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut: (Eisler &
Frederiksen,1980)
§ Langkah
pertama adalah merancang pelatihan ketrampilan sosial dengan mengamati
kemampuan dasar mereka. Setelah memperoleh contoh perilaku yang baik sebagai
contoh dari ketrampilan sosial yang dinginkan.
§ Memberikan
pengalaman belajar yang telah dirancang untuk dilaksanakan dengan target
tertentu.
§ Mengembangkan
program yang memungkinkan individu berkembang secara optimal.
§ Menerapkan
pengalaman belajarnya melalui pelatihan atau kursus yang memungkinkan
tercapainya sasaran yang diinginkan.
§ Mengevaluasi
capaian dari program pelatihan yang diberikan.
2)
Pelatihan Ketegasan (Asertifitas)
Merupakan
salah satu upaya meningkatkan ketampilan sosial, yang berada diluar pendekatan
tingkahlaku. Tapi menekankan pada pendekatan kognitif behavioral yang sering
disebut dengan pelatihan ketegasan. Pelatihan ini mengajarkan klien untuk
menilai kebutuhan pribadinya dalam hubungan sosial dengan individu lainya.
Adapun urutan pelatihan yang dapat diberikan meliputi:
§ Mengajarkan
kemampuan dasar ketegasan, sikap, dan konsep agresif untuk mengenalkan perilaku
interpersonal.
§ Mendiskusikan
nilai pertanyaan dengan baik kepada individu tentang suatu hal dengan baik dan
penuh pertimbangan.
§ Melatih
perkataan dan mendiskusikan masalah-masalah yang sesuai dengan kondisi mereka.
§ Pelajar
merespon situasi simulasi yang merupakan respon dari ketegasan.
§ Menganalisis
perilaku kelompok diskusi,pelatih dan kognitif atau penrnyataan diri yang
mendahului perilaku mereka.
§ Mendiskusiskan
istilah yang ada dan pengaruhnya terhadap rasional emotif terapi.
§ Mengembangkan
suatu yang baru bagi pikirannya atau pendapat dirinya.
§ Memperaktekan
suatu respond dan simulasi perilakunya.
§ Berusaha
merespon masalah yang ada.
§ Mengevaluasi
hasil pelatihan.
Program
ketegasan saat ini telah dimanfaatkan secara luas termasuk bekerja dengan klien
yang mengalami tekanan, dalam masalah keluarga, dan dalam berbagai bidang
lainya. (Gambrill,1984).
3)
Multiple Impact Traning
(MIT)
Merupakan suatu program yang ditujukan
pada peningkatan ketrampilan yang dikembangkan Gazda (1984) didalam program ini
klien dipandang bukan sebagai orang yang sakit tetapi orang yang kurang
memiliki ketrampilan hidup. MIT
melibatkan banyak kelompok pelatihan dimana masing-masing memusatkan pada satu
pelatihan yang sefesifik tentang ketrampilan hidup seperti komunikasi antar
pribadi, fisik dan kebugaran. Tujuan hidup, problem solving dan pengembangan
karir.
Yang
juga penting bahwa MIT mengintegrasikan beberapa pelatihan yang ada yang sesuai
dengan yang diharapkan klien. Berbagai dampak pelatihan ini telah digunakan di
rumah sakit dan juga dalam bidang-bidang pendidikan. Pendidikan psikologi
yang merupakan program penyerta pelatihan. Pendekatan ini dikembangkan untuk
memudahkan perkembangan suatu teori dibandingkan pada membantu mengembangkan ketrampilan yang spesifik.
b.
Penerapan Pelatihan
Tidak Langsung
1)
Model pengembangan
manusia (HRD)
Merupakan
salah satu program yang dirancang untuk memperkaya sumberdaya masyarakat yang
dibuat oleh Robert Carkhuff (1969).
Banyak individu yang mengalami masalah yang memerlukan bantuan namun
mereka mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan penasihat yang
professional.
Untuk
mengisi kebutuhan tersebut Carkhuff mengembangkan suatu model yang sederhana
yang digunakan untuk menolong orang lain dengan efektif. Dalam konsep HRD ada
tiga langkah untuk membantu orang lainyaitu explorasi diri, pemahaman diri, dan
melakukan tindakan yang didasarkan pada eksplorasi dan pemahaman diri.
Pelatihan yang diberikan bisa dalam bentuk presentasi konseptual, demontrasi
melalui video, pelatihan dengan menggunakan kelompok kecil. Bisa juga
menghadirkan orang-orang yang sukses dalam pelaksanaan pelatihan.
HRD
program telah digunakan dalam hal yang luas, meliputi pelatihan terhadap orang
tua, untuk para siswa, pegawai rumah sakit, guru dan konselor (Cash,1984).
2)
Skilled Helper Model
Merupakan sebuah program yang
digunakan untuk menolong masyarakat, program ini dikembangkan oleh Gerard Egan
(1984) yang dinamakan Egan “penolong trampil” model ini labih baik dibandingkan
model HRD dan dapat digunakan dengan tingkatan-tingkatan dan lebih luas.
Model
Egan didasarkan dari beberapa konsep perkembangan psikologis yang menekankan
pada interaksi antar persepsi, kognitif dan tindakan. Egan melihat bahwa
perkembangan memiliki tantangan kepada individu untuk mendapatkan teladan dalam
berperilaku. Proses belajar dalam model ini meliputi ketrampilan hubungan antar
pribadi, pengetahuan spesifik, dan ketrampilan prilaku yang baik.
Model
helper training dirancang untuk melatih orang untuk mudah membantu pertumbuhan
dan memberikan pengajaran pada orang lain, pelatihan ini dirancang melalui
empat tahapan, yaitu:
§ Diagnosis
dan focus. Langkah ini mengijinkan klien untuk memahami sifat
alami/kehidupannya, memperkenaalkan dia dengan perasaannya serta memberikan
pemahaman tentang ketidakmampuanya. Penolong diajarkan untuk membantu hal ini dengan
menggunakan teknik active-listening
§ Goal
setting. Merupakan langkah kedua dimana adanya tujuan dan hasil yang ingin
dicapai. Dalam hal ini boleh dilibatkanya beberapa tingkatan dalam kognitif
atau mendefinisikan ulang cita-cita dan kebutuhanya. Penolong menggunakan
teknik yang spesifik untuk membantu proses ini
§ Pengembangan
rencana tindakan. Proses ini meliputi pemecahan masalah dan strategi
pengembangan dan rencana yang spesifik. Penolong diajarkan untuk dapat
memberikan harapan kepada klien, praktis, dalam membantu proses ini
§ Menerapkan
dan mengevaluasi setiap tindakan dan rencana. Tahap akhir ini membantu
melibatkan klien untuk dapat bertanggung jawab dalam setiap rencana dan
mengevaluasi efektivitas mereka.
0 Response to "KONSULTASI DAN PELATIHAN KONSELING"
Post a Comment