KONSEP DASAR PENDIDIKAN
KONSEP
DASAR PENDIDIKAN
Menurut Teguh Triwiyanto ( 2014: 19) bahwa dalam
mengkaji hakikat
pendidikan
akan memberikan landasan yang kuat terhadap praktik pendidikan dalam upaya
memanusiakan manusia. Hakikat pendidikan menjadikan arah pendidikan menjadi
kokoh dan kuat untuk memuliakan manusia. Upaya dalam praktik pendidikan perlu
mendasarkan diri pada hakikat pendidikan sebagai tiang penyangganya. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan
eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan
yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Menurut
Teguh Triwiyanto ( 2014: 21-23) menjelaskan konsep dasar mengenai pendidikan
banyak diberikan oleh para ahli. Konsep-konsep tersebut saling melengkapi dan
menambah kekayaan pemikiran mengenai pendidikan. Disiplin ilmu biologi,
sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi dan lainnya ikut memberikan
sumbangan dan memperbaiki teori-teori pendidikan yang ada.
Pendidikan
sering diterjemahkan orang dengan paedagogie. Pada zaman Yunani Kuno, seorang
anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan; pelayan tersebut
biasa disebut paedagogos, penuntun anak. Disebut demikian karena di samping
mengantar dan menjemput, juga berfungsi sebagai pengasuh anak tersebut dalam
rumah tangga orang tuanya, sedangkan gurunya sendiri, yang mengajar; pada
Yunani kuno disebut governor. Governor sebagai guru tidak mengajar
secara klasikal seperti sekarang, melainkan individual.
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan,
tetapi tidak setiap orang mengerti makna kata pendidikan, pendidik, dan
mendidik. Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan
pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogiek.
Paedagogie bermakna pendidikan sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan apabila paedagogik atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang
sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai
ia mencapai kedewasaan. (Rasyidin
dalam Sukarjo dan Ukim, 2009:7).
Secara estimologis, perkataan
paedadogie berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogia yang berarti pergaulan
dengan anak. Paidagogos adalah hamba atau orang yang pekerjaannya menghantar
dan mengambil budak-budak pulang pergi atau atau antar jemput sekolah.
Perkataan “paida” merujuk kepada kanak-kanak, yang menjadikan sebab mengapa
sebagian orang cenderung membendakan antara paedagogi (mengajar kanak-kanak)
dan androgogi (mengajar orang dewasa).
Perkataan untuk pedagogi yang juga
berasal dari bahasa yunani kuno juga dapat dipahami dari kata “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau
membimbing. Apa yang dipraktikan dalam pendidikan selama ini adalah konsep
pedagogi, yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak-anak.
Dalam realitas di dunia pendidikan
pedadogi modern membagi fungsi pembelajaran menjadi tiga area, yakni apa yang
dimaksudkan sebagai Taksonomi Bloom. Menurut taksonomi bloom, pengajaran
terbagi atas : (1) bidang kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktivitas
mental, seperti ingatan pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan mencipta;
(2) bidang afektif, yakni berkenaan dengan sikap dan rahasia diri; dan (3)
bidang psikomotor yang berkenaan dengan aktivitas fisik seperti keterampilan
hidup.
Mudyahardjo dalam Triwiyanto (2014:22) memberikan Pengertian
pendidikan kedalam tiga jangkauan, yaitu pengertian pendidikan maha luas,
sempit, dan luas terbatas. Definisi maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Definisi
sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah
segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Sementara
itu, definisi luas terbatas, yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk
pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah,
yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan
individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
Beberapa
istilah yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam bahasa Romawi didapati istilah educate yang berarti membawa keluar (
sesuatu yang ada di dalam). Dalam bahasa jerman dijumpsi istilah ziehen yang artinya menarik (lawan dari
mendorong). Dalam bahasa Jerman pendidikan disaling dengan istilah Erziehung,
yang juga berarti menarik keluar atau mengeluarkan. Orang Belanda menggunakan
istilah opvoeden untuk pendidikan. Voeden berarti member makan, sedangkan opvoeden diartikan orang sebagai
membesarkan atau mendewasakan. Orang inggris menggunakan istilah to educate yang diartikan sebagai to give moral and intellectual training.
Orang Jawa membedakan antara dasar dan ajar, yang pertama dibawa sejak lahir,
sementara yang kedua merupakan hasil pembinaan.
Karena
sifatnya yang kompleks dalam istilah pendidikan, ada beberapa batasan
pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya. Batasan tersebut antara lain:
1. Pendidikan
sebagai transformasi budaya
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
3. Pendidikan
sebagai proses penyiapan warga negara
4. Pendidikan
sebagai penyiapan tenaga kerja
Berdasarkan
pengertian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
pendidikan. Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai
upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk
pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah,
yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan
individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara sehat.
B.
UNSUR-UNSUR
PENDIDIKAN
Menurut
Teguh Triwiyanto ( 2014: 24-26) menjelaskan unsur –unsur dalam pendidikan
meliputi beberapa hal yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut antara lain:
·
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional termuat dalam UU sisdiknas, yaitu untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggungjawab.
Pendidikan yang kini menjadi
harapan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkat
dari tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas,
maka langkah selanjutnya dapat diteruskan dengan memikirkan perangkat-perangkat
lain yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Plato mengatakan bahwa tujuan
pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing dan self
realization, kemudian inquiry dan
reasoning and logic. Jadi, di sini jelas bahwa tujuan pendidikan memberikan
penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus
direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui
hubungan kausal, yaitu alasan dan alur pikinya. Ahli lainnya seperti
Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan penyadaran terhadap self realization, yaitu kekuatan efektif
(virtue) kekuatan untuk menghasilkan (efficacy) dan potensi untuk mencapai
kebahagian hidup melalui kebiasaan dan kemampuan berfikir rasional.
Tujuan pendidikan nasional kita
yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa indonesia terdapat dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU no.20 tahun 2003, dikatakan : “pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis,
serta bertanggung jawab.
Selanjutnya untuk lebih mudahnya
pencapaian tujuan dari tujuan pendidikan nasional, maka terdapat pula tujuan
pendidikan institusional. Tujuan institusional ini sesuai dengan tingkat dan
jenjang pendidikannya, seperti tujuan pendidikan taman kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengan Atas
(SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan tujuan pendidikan perguruan tinggi.
·
Kurikulum
Kurikulum dalam bahasa Yunani berasal
dari kata curir yang artinya pelari
dan curere, yang artinya tempat
berpacu. Curere dalam kamus Websters
jika menjadi kata benda berarti lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda,
perjalanan, satu pengalaman tanpa henti, dan lapangan perlombaan. Kurikulum
memiliki jarak yang harus ditempuh pelari.
Konsep kurikulum berkembang sejalan
dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan
aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Tujuh pandangan mengenai
kurikulum, yaitu kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana,
kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan, kurikulum sebagai reproduksi kultural, kurikulum
sebagai kumpulan tugas dan diskrit, kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial, kurikulum sebagai curere, dan sudut pandang berbeda antara
kurikulum lama dan kurikulum baru.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kurikulum sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum
terdapat panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian,
kurikulum berfungsi sebagai “ napas atau inti” proses pendidikan di sekolah
untuk memberdayakan potensi peserta didik.
1. Peserta
Didik
· Pengertian Peserta
Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik secara
formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan
dan perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan
dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, sedangkan perkembangan
menyangkut psikis.
·
Kebutuhan
Peserta Didik
Banyak kebutuhan peserta didik
yang harus dipenuhi oleh pendidik diantaranya :
1)
Kebutuhan Fisik Peserta didik
mengalami pertumbuhan fisik yang
sangat cepat terutama pada masa
pubertas. Kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum, istirahat.
Dimana hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya. Dengan adanya
kebiasaan hidup sehat, bersih dan olahraga secara teratur dapat membantu
menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh peserta didik supaya tidak terkena penyakit.
Disamping pendidik memperhatikan
pertumbuhan fisik, pendidik juga harus dapat memberikan informasi yang memadai
tentang pertumbuhan melalui berbagai kegiatan bimbingan seperti bimbingan
pribadi atau dalam bimbingan kelompok. Informasi ini sangat diperlukan terutama
bagi peserta didik yang berada pada masa pubertas agar ia tidak kebingungan
menghadapinya.
2)
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
agar pesrta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya,
seperti diterima oleh teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat
diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya
dan pemimpin-pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik
dapat memperoleh posisi dan berprestasi dalam masyarakat.
3)
Kebutuhan
Untuk Mendapat Status Peserta didik terutama pada usia remaja membutuhkan suatu
yang menjadikan dirinya berguna bagi masyarakat. Kebanggaan terhadap diri
sendiri, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat.
Peserta didik juga butuh diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti
dalam kelompok teman sebayanya, karena penerimaan dan dibanggakan
kelompok sangat penting bagi peserta didik dalam mencari identitas diri dan
kemandirian.
4)
Kebutuhan
Mandiri Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan aturan
orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri.
Ia ingin bebas dari perlakuan orang tuanya yang terkadang terlalu
berlebihan dan terkesan sering mencampuri urusan mereka yang menurut mereka
bisa diatasi sendiri. Walaupun suatu waktu mereka masih menginginkan bantuan
orang tua
5)
Kebutuhan Untuk
Berprestasi Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan
mendapat status dan mandiri, artinya dengan terpenuhi kebutuhan untuk memiliki
status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi. Dengan demikian, kemampuan untuk
berprestasi kadang sangat erat dengan perlakuan yang mereka terima baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, di masyarakat.
6)
Kebutuhan Ingin
Disayangi dan Dicintai Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan
yang esensial, karena dengan terpenuhi ini akan mempengaruhi sifat mental
peserta didik. Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang
tua, guru dan lain-lainnya mengalami prestasi dalam hidup. Dalam agama cinta
kasih yang paling tinggi diharapkan dari Allah SWT. Itu sebabnya setiap orang
berusaha mencari kasih sayang dengan mendapatkan diri kepada-Nya.
7)
Kebutuhan untuk curhat terutama
remaja dimaksudkan suatu kebutuhan untuk memahami ide-ide dan permasalahan yang
dihadapinya. Peserta didik mengharapkan agar apa yang dialami dan dirasakan
terutama dalam masa pubertas. Sebaliknya, jika mereka tidak mendapatkan
kesempatan untuk mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan tersebut
apalagi dilecehkan, ditolak, atau dimusuhi dapat membuat mereka kecewa, marah,
bahkan merasa diri tidak nyaman, sehingga muncul tingkah laku yang bersifat
negatif dan menyimpang.
8)
Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat
Hidup (Agama) Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik untuk mengtahui
tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal
4) Pendidik
Tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
5) Interaksi
Edukatif
Interaksi edukatif adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pendidikan yang berlangsung berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.
6) Isi
Pendidikan
Isi pendidikan merupakan Materi-materi
dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
7) Lingkungan
Pendidikan
Tempat manusia berinteraksi timbal balik
sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan kearah yang lebih baik lagi yang
dijabarkan dengan keluarga, sekolah dan masyarakat.
0 Response to " KONSEP DASAR PENDIDIKAN"
Post a Comment