KONSELING KARIR
KONSELING KARIR
A. Pandangan Konseling
Karir
Pendekatan konseling karir yang didefinisikan oleh Crites (1969) yaitu Sebuah model artikulasi yang baik
dan metode
berupa
bantuan yang
diberikan kepada individu dalam membuat keputusan mengenai peranan
sepanjang hidup mereka dalam dunia kerja dan penyelesaian masalah yang timbul dalam proses pemilihan / penentuan. “ definisi ini adalah bagian yang paling jelas; hanya ambiguitas saja yaitu artinya “ artikulasi
baik itu relatif.”
Crites (1974) mengusahakan sebuah pendekatan yang khusus
bagi konseling
karir, dia menemukan lima artikulasi baik secara relatif. Pertama,
pada tahun 1930 dan 1940 Crites mengadakan investigasi pada
psikologi kejuruan dan bimbingan kejuruan, pada saat ini mulai berkembang pendekatan
trait and factor. Pada akhir 1940an, konseling client-centered telah dipakai untuk
memilih karir. Selanjutnya adanya
kontribusi dari sudut pandang
psikoanalisis, dalam waktu yang bersamaan Donald Super (1957) mengajukan sebuah pandangan perkembangan implikasi bagi
konseling, dan yang
terakhir
Crites (1974) mencatat aplikasi tersebut pada akhir 1950an mengenai prinsip behavior yang
dapat memberikan informasi karir untuk mencari dan
memutuskan. Kemudian, Crites (1976)
menganggap pendekatan
sintetis nya
sendiri untuk konseling karir.
Pendekatan ini
dinamakan konseling trait-and-factors dikembangkan
khusus bagi masalah
karir. pendekatan ini menjadi pendekatan perkembangan
terbaik dan standar bagi pendekatan lain yang
dapat
dibandingkan. Sepanjang pendekatan
behavior bagi
konseling karir,
terlihat sebagai
artikulasi yang baik,
dengan demikian akan diambil kekuatannya,
sedangkan
pendekatan yang
lainnya memiliki artikulasi yang kurang baik.
1. Pendekatan Client-Centered
Cient-centered menekankan pada penyesuaian sosial-emosional, untuk
membuat keputusan pemilihan karir dan penyesuaian karir. Berdasarkan Crites (1974),
Patterson (1964)
mengeluarkan pernyataan terbaik dari teori client-centered yang
digunakan bagi konseling
karir. Pendekatan ini
menekankan pada hasil dan karakteristik konselor yang
konsisten dengan pendekatannya. Tujuan
konseling yaitu kesesuaian-diri
dan pengamalan konsep-diri. Kesesuaian
yang ditawarkan
konselor, empati, dan dan anggapan positif yang
mutlak menetapkan elemen-elemen prinsip terapis dalam
konseling dyad (Rogers,
1957). Crites (1974,
1981) memandang kontribusi yang
penting bagi konseling karier sebagai penambah rasa sensitif konselor terhadap klien dalam pengambilan
keputusan dan pengakuan bagaimana sebuah peranan pekerjan dapat mempengaruhi konsep hidup seseorang.
2. Pendekatan Psikoanalisa
Kontribusi psikoanalisis pada awalnya bagi konseling karir datang sebagai bagian terpenting dari Edward S. Bordin dan perkumpulannya di
University of Michigan (Bordin, 1968); (Bordin;1990); (Bordin, & Kopplin,1973); (Borrdin, Nachman, & Segal, 1963). Pendakatan yang diungkapkan oleh Bordin
dilabeli oleh
Crites (1974) sebagai “psikodinamis”. Label ini lebih sesuai, sejak pandangan Bordin sebagai
konseling karir dibalik konsep psikoanalisis bagi sebuah sintesis
psikoanalisis dan teori perkembangan lainnya.Pada
intinya pendekatan ini adalah asumsi bahwa faktor internal (intrafisik) menjelaskan masalah klien yang memiliki pembuat
keputusan.
Bordin dan Kopplin (1973)
mengembangkan sebuah
sistem diagnosa yang berusaha mengkategorikan masalah untuk mengambil
keputusan dalam karir. Versi sederhana sebuah kategori yang
ada. Rangkuman
yang mengurangi perluasan seperti subkategori yang
menjamin pemisahan investigasi.
a)
Kesulitan sintesis. Situasi dimana tinjauan kognitif yang tidak cukup
terjadi pada klien
dalam memilih
karir dengan
benar.
b)
Masalah identitas. Kasus-kasus dimana persepsi diri yang digabungkan
dengan pilihan masalah.
c)
Konflik kepuasan. Hal–hal dimana pendekatan/penghindaran serta
pendekatan/konflik
pendekatan yang terjadi.
d) Orientasi perubahan. Kasus-kasus dimana
ketidakpuasan diri dan
keinginan untuk berubah secara
personal menjadi potret sebuah pilihan
karir.
e)
Patologi jahat. Keadaan dimana fungsi seseorang
tidak sanggup
memutuskan pilihan karir atau bahkan
hal-hal yang harus dikerjakan.
f)
Masalah yang
tidak
dapat
diklasifikasikan. Masalah-masalah
yang tidak sesuai dengan
kategori
diatas
Kepercayaan dalam bekerja pada psikoanalitis dan teori perkembangan Erik Erikson telah terbukti. Ide
Erikson (1964,1956,1963,1968) dalam identitas yang
ditulis secara berkala dalam literature
konseling karir psikoadinamis.
Permohonan konseling karir psikodinamis tergantung pada seluruh daya tarik terhadap teori
psikoanalitis, psikologi
ego,
dan
perawatan
modern yang digabungkan. Penting untuk dicatat bahwa pengalaman Bordin sebagai seorang klinis dan pratikan terapi, berbanding
terbalik dengan akar pendekatan lainnya
dalam pemikiran pendidik dan peneliti.
Pelatihan secara klinis, praktek terapi, mayoritas orang yang
menyumbang beberapa bentuk terapi berdasarkan analitis (Garfield & Kurtz, 1976),
mungkin ketertarikan menggunakan pendekatan konseling karir ini dalam pengaturan perawatan seperti pusat kesehatan mental, praktek pribadi, dan lainnya secara tratdisional yang terlibat
langsung dengan masalah
karir ini
3. Pendekatan Perkembangan
John Crites (1974, hal. 17) mengatakan bahwa pendekatan perkembangan “sistem bantuan klien yang komprehensif dan koheren dengan masalah karir belum diformulasikan.“
Dalam terminologi proses
konseling dan tujuannya, pendekatan perkembangan adalah gabungan antara client-centered dan teknik traits-and-factor (
Crites , 1974). Tujuan konseling adalah mempromosikan
perkembangan karir. Hubungan tahap perkembangan Super,
yaitu
tujuan-tujuan
tersebut lebih spesifik
yang sesuai dengan klien.
4. Pendekatan
Trait-and-Factors
Jauh sebelum 1930an, konseling trait-and-factor
merupakan pendekatan tradisional bagi pengmabilan keputusan karir dan standar bagi
semua bentuk konseling karir yang ada. Pendekatan trait-and-factor bagi
konseling didasari
oleh teori
sikap
yang menyatakan
bahwa
manusia
dapat
dimengerti menurut
sikap
yang mereka tunjukan. Sikap-sikap
tersebut adalah karakteristik stabil, dipercaya sebagai bilangan terbatas,
daripada kemampuan orang untuk merespon situasi yang sama secara
konsisten. Sedangkan sikap
internal seseorang yang tidak dapat
diobservasi, dapat mereka bentuk dengan cara mengobservasi sikap yang mereka
tunjukan. Penilaian standar, khususnya perlengkapan laporan diri,
telah diartikan
dengan mempelajari sifat-sifat
tersebut.
Faktor-faktor
secara statistical menggambarkan
sifat-sifat yang diperkirakan.
a. Latar Belakang Pendekatan Trait-and-Factor
Pada tahun 1920an Donald G. Patterson memulai usaha membawa
kekerasan ilmiah tehadap pendekatan bimbingan kejuruan
Frank Parsons. Parsons dijuluki sebagai bapak bimbingan
kejuruan, yang
mengajukan pengetahuan diri dan pengetahuan terhadap dunia kerja, dengan alasan pasti terhadap hubungna dua kelompok fakta tersebut “ (Parsons, 1909) hal, 5 yang menyediakan bantuan dalam
perencanaan
karir.
b. Tujuan
Konseling
Tujuan konseling trait-and-factor
adalah
konseli dapat
membuat rencana masa depan dan
keputusan yang berhubungan
dengan gambaran
terbaik dari, mengaaktualisasikan
diri, dengan mempertimbangkan unsur
pembuat keputusan sebagai sebuah objektivitas yang tetap kuat. Sebuah objektitivitas, yaitu pemahaman peningkatan diri, yang
bermanfaat tidak hanya memberikan kepuasan
pribadi tetapi juga memberikan
sumbangan sosial
c. Karakteristik Konselor
Konselor dipandang sebagai seorang yang bijaksana, seorang
guru, orang yang berpengalaman dalam hidup, orang cukup dewasa untuk
memiliki sebuah aturan
nilai; pengetahuan
tentang karir dan
bagaimana
membuat keputusan, secara
efektif
dalam penilaian
sifat manusia dan tingkah laku. Karena
tes standar adalah alat penting konseling, maka konselor mampu menggunakannya, khususnya dalam interpretasi mereka.
Harapan
selanjutnya adalah konselor menyebarkan informasi, membuat perkiraan dan lainnya . E.G
Williamson sendiri
adalah dekan dalam beberapa tahun di University
of Minnesota. Mungkin strereotip seorang dekan dengan latihan psikologi menggambarkan
beberapa konselor trait-and-factor.
d. Proses
konseling.
Konseling trait-and-factor adalah sebuah konseling
langsung,
yaitu aktivitas rasional. Berdasarkan informasi; tentang
diri dan dunia kerja membuat keputusan karir
lebih efektif. Tes biasanya
bagian terpenting dalam sebuah proses. Williamson (1950) menggambarkan proses konseling
memiliki enam tahap yang fleksibel: (1) analisis (2) unsur (3) diagnosa (4) ramalan (5) konseling dan (6) tindak lanjut. Untuk melengkapi tahap tersebut jelaslah bahwa konselor
harus
melakukan
lebih banyak
ketimbang
mewawancara klien, banyak pekerjaan penting yang dapat dilakukan
diantara sesi sesi tersebut.
e. Evaluasi.
pendekatan dominan dalam sebuah bidang
dimana anggotanya memiliki
ideologi yang
berbeda,
kritik
konseling
traits-and-factor sering
menghasilkan emosi yang
berat. Seseorang yang telah menjadi
seorang konselor sejak
tahun
1970an tidak ragu
mendengarkan referensi konseling ini yaitu “tiga wawancara dan sekumpulan ungkapan”. Wawancara
pertama yaitu meneliti keputusan karir
dan
tes yang dibentuk;
kedua,tes dan konsep pembentukan
(menggunakan
persentil, contohnya) yang
dapat dijelaskan; wawancara
ketiga yaitu mendiskusikajn pilihan karir yang potensial dengan sumber informasi karir. Tentunya E.G
Willian mengatakan bahwa kompleksifitas ini,
ada dalam publikasi terbesarnya
melalui karir
profesionalnya
selama hampir 50 tahun. Namun sayangnya, banyak praktikan tidak mendengarkannya.
5. Pendekatan Behavioral
Konseling karir behavioral memiliki sebuah tujuan perkembangan
pendekatan penghargaan secara alamiah
untuk pemilihan karir, teori dan
prakteknya. Pemanfaatan konsep belajar dari psikologi akademik, pemilihan karir dimaksud sebagai produk instrument belajar, yang dapat
diajarkan di dalam maupun diluar hubungan konseling melalui aktivitas yang tersusun dengan
baik.
Tingkah laku yang
berhubungan dengan karir (seperti pencari
informasi karir dan tingkah laku wawancara kerja) dimaksud sebagai hasil
dari konsekuensi penguatan
atau bukan penguatan sebuah tingkah laku
personal di masa lalu. Penting untuk dicatat bahwa pilihan meletakkan
teknologi modifikasi behavior dan penyusunan
kembali kognitif di tangan klien. Pendekatan behavior menjadi sederhana karena
konselor mengajarkan klien tentang kemampuan mengontrol diri (Mahoney
& Thoresen, 1974; Thoresen
& Mahoney,
1974).
Dalam usaha mengembangkan sebuah teori komprehensif
terhadap
pilihan karir, banyak variabel kognitif, sejalan dengan kemampuan performance dan kecenderungan emosional,
ditandai dengan kemampuan
pendekatan tugas
(task-approach
skills) (Krumboltz,
Mitchell &
jones, 1978). Hal ini meliputi kebiasaan
bekerja,
pengaturan mental, proses
perseptual dan pemikiran,
standar performance dan nilai, orientasi
masalah dan
respon emosional.
a. Tujuan
Sebenarnya untuk
membentuk
ini , pendekatan behavior secara konstan membutuhkan tujuan konseling yang lebih spesifik dan dapat diteliti (Krumboltz
& baker, 1973). Tekanan ini melambangkan ketelitian
pandangan dalam prakteknya, juga
menyederhanakan
evaluasi
hasil.
Dalam konseling, sejumlah tujuan intermedis yang
lebih spesifik mungkin berhubungan dengan meningkatkan
level kemampuan dalam area penting bagi pembuat keputusan karir. Hal ini
termasuk nilai penjelasan, pengaturan
tujuan,
perkiraan peristiwa yang akan datang, penyebab memilih,
pencari informasi, perkiraan, memandang
kembali masa lalu, pengurangan dan pemilihan pilihan,
perencanaan dan penyamaratakan (Krumboltz &
baker, 1973).
Keadaan klien mendikte bidang yang ditekankan. Setiap kasus, klien memutuskan tujuan dari
konseling. Jika
sistem nilai konselor
atau kompetensi di sebuah area khusus yang tidak memperbolehkan persetujuan
dengan tujuan
klien, kemudian sebuah penyerahan dimulai.
b. Proses
Konseling
Krumboltz dan baker (1973,
hal
240) menggarisbawahi proses konseling sebagai berikut;
a.
Mendefinisikan
masalah dan tujuan
klien
b.
Persetujuan satu
sama lain dalam mencapai tujuan
konseling
c.
Membangkitkan solusi masalah pilihan
d.
Mengumpulkan informasi tentang
pilihan tersebut
e.
Menguji konsekuensi
pilihan
f.
Menyelesaiakanm tujuan, apilihan dan
konsekuesinya
g.
Membuat keputusan
atau
pilihan sementara
sekumpulan pilihan
dalam perkembangan baru
dan kesempatan baru
h.
Membangkitkan proses keputusan terhadap masalah
baru
Konselor behavior karir menggunakan teknik penguatan model kehidupan dan model catatan untuk membantu
klien belajar tentang informasi dan manfaat
perkembangan
keputusan karir.
Teknik simulasi, digambarkan dengan dengan job experience kit (Krumboltz, 1970), yang dikembangkan.
Konselor bahavioral memandang ketertarikan tersebut
bukanlah
sifat bawaan lahir,
tetapi dapat dipelajari karakteristiknya, dan bahan ajar yang dipadukan dengan
pengalaman hidup.
Sebuah keuntungan penting terhadap pendekatan behavioral
datang dari pemahaman yang mudah terhadap methodologi balik dan
antara konseling dan
pengalaman bimbingan
yang terencana dalam kelompok dan kelas. pelajaran sistem ini dapat membantu konselor
untuk mengembangkan program
pengembangan pemahaman
karir. oleh karena itu konsistensi dan keseragaman praktek dapat dipakai.
B.
Unsur Pendekatan Komprehensif Crite
Crites (1974,1976,191) menerbikan artikel mayor lainnya dan
buku dimana dia menggambarkan sebuah unsur konseling
karir, tergantung
tidak
hanya pada pendekatan
tetapi
juga pada usaha
awalnya. Dia
beranggapan
bahwa tidak ada pendekatan konseling yang cukup dalam menyediakan bimbingan yang
memadai bagi prakteknya. Meskipun, masing-masing sistem
yang ditinjau ulang
membuat kontribusi signifikan terhadap praktek konseling
karir. Oleh
karena itu, unsur pendekatan
kepemimpinan mungkin
menyediakan
basis terbaik
terhadap teori dan
prakteknya.
Dalam usaha sinstesis Crites (1976) menyusun taksonomi pendekatan konseling karir, membandingkan dan membalikkan mereka berdasarkan teoridan metode. Kontribusi teoritikal dibagi menjadi isu dan diagnosa, proses konseling, dan hasil yang
diajukan. Dia merasa bahwa metode konseling karir
dapat dimengerti lebih baik ketika
dibagi menjadi teknik interview, metode
interpretasi tes, dan informasi penggunaan pekerjaan. Pada masing-masing area ini, Crites menggambarkan bahwa
sebuah unsur pendekatannya dan pendekatan lainnya. Dia
menggambarkan dan meningkatkan apa yang ditawarkan oleh konseling trait-and-factor dan
konseling perkembangan karir.
1.
Diagnosa.
Crites percaya
bahwa diagnosa praktek menjawab apa dan
mengapa masalah klien dalam membuat keputusan karir. Dalam
membangkitkan diagnosa, tes dan informasi wawancara yang
berguna. Dia merekomendasikan penggunaan Career Maturity Inventory (yang
dikembangkan
oleh Crites) bagi ketelitian dalam
menilai sikap pilihan
karir dan kompetensinya. Hal ini menyediakan informasi penting yang dianggap
sebagai kesiapan
memilih keputusan dan gayanya.
2.
Proses.
Dalam survey
proses konseling
karir secara umum, Crites mengidentifikasikan tiga tahap yang diakui sebagai penyelesaian
masalah. Pertama, tim konslor/klien yang mengumpulkan informasi latar belakang terhadap
masalah;
kedua, tim
mengklarifikasi dan menyatakan masalahnya; akhirnya,
hal
ini didiskusikan dan dilaksanakan solusinya. Tahap tengahnya adalah tahap
terpanjang.
3.
Hasil.
Crites menekan berulang-ulang bahwa diagnosa dalam konseling
menentukan hasil. Bagi konseling yang
bertujuan dari mulai sampai akhir,
diagnosa dan hasil harus berhubungan. Oleh karena
itu,
perkembangan kebutuhan kedewasaan bagi keputusan karir sering menjadi sebuah hasil. Dengan menekankan pada diskusi
hasil yaitu penyambung antara hasil yang
berhubungan dengan karir dan kesesuaian seluruhnya.
4.
Interview.
Untuk
meningkatkan hasrat
hasil,
Crites
merekomendasikan
daftar teknik
wawancara. Dalam permulaan
konseling, ketika latar belakang masalah telah
diteliti,
respon konselor
reflektif
terlihat juga.
Crites melihat bahwa tahap tengah konseling sebagai periode dimana
konselor menginterpretasikan
dan berhubungan
dengan
penggambaran
pada tingkah laku dimasa
silam. Sebagai resolusi masalah
aktual dimulai pada
tahap akhir konseling, aspek teknis konseling traits-and-factor dan
konseling behavioral terlihat sesuai. Oleh karena itu, pandangan Crites
terhadap teknik interview
terlihat konsisten dengan strategi interview seumur hidup,
mungkin yang paling diatur oleh Cormier dan Cormier
(Cormier, & Cormier,
1991).
5.
Interpretasi Tes.
Crites mengaku bahwa interpretasi tes memiliki tradisi
sepanjang konseling
karir. Khususnya kepuasaan perkiraan karir.
Meskipun, dia mendokumentasikan penurunan ketertarikan pada
tes dan penggunaan mereka, masukan bahwa
sebuah metode
baru bagi interpretasi
tetap mempertahankan kegunaan tes sebagai
sumber penting
feedback
tetapi mengurangi kebingungan dan kesalahan yang
biasa
terjadi di masa lalu.
6.
Evaluasi.
Antara Holland
dan (1976)
dan Roe (Roe,
1976), telah
menuliskan kritik terhadap pendekatan Crites. Catatan lalu yaitu Crites
memiliki diagnosa yang menekankan berlebihan, khususnya
karena
ketika
aktivitas itu
memiliki pendukung moderat yang baik dari peneliti dan
praktikannya. Penggambaran Crites terhadap hubungan konseling dan
parallel antara karir dan perkembangan sosial juga dikritisi
oleh pewawancara khususnya Holland, yang
menyatakan bahwa konseling
individu adalah perawatan yang
tidak ekonomis dibandingkan dengan program pembuat keputusan lainnya (seperti the Self-Directed
Search).
RUJUKAN
Brown,
and Lent. 2005. Career Development And Counseling:
Putting Theory And Research To Work. Ebook.
Brown, S.D., Lent, R.W. 2013. Career Development and Counseling:
Putting Theory and Research to Work. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons Inc.
Crites, J.O (1969) Vocational
Psychology The Study Of Vocational and Development. United States of
America-New Tork: McGraw-Hill
Crites, J.O (1980) Caree
Counseling : Models. Methodes, and Material. New Tork: McGraw-Hill Book Company
0 Response to "KONSELING KARIR"
Post a comment