Hakikat Manusia
Hakikat
Manusia
Hakikat manusia merupakan inti dari kemanusiaan
manusia. Dari awal penciptaannya, dalam kondisi keberadaannya diatas bumi, sama dengan perjalanannya kembali ke
sang maha pencipta. Manusia memperoleh
kehormatan dan kesempatan untuk mengaktualisasikan hakikat dirinya itu dalam
keseluruhan proses kehidupannya di dunia dan di akhirat. Dengan berbekal
hakikat yang selalu melekat pada dirinya, manusia mengembangkan hidupnya di atas bumi. Dengan teraktualisasikan hakikat dirinya,
manusia akan dapat menemukan kehidupan di dunia dan di akhirat sesuai dengan
tujuan penciptaan manusia yaitu kehidupan yang mulia, bermartabat dan membahagiakan. Kehidupan
demikian itu diatur dengan memenuhi hak-hak asasi masing-masing individu dalam
keseluruhan kemanusiaan.
1.
Dimensi
kemanusiaan
Dalam
kerangka harkat dan martabat manusia secara menyeluruh, aktualisasi kehidupan
manusia berdasarkan hakikatnya itu, tidaklah berlangsung dengan sendirinya dan
pula tidak sekedar tampak seperti apa adanya.
Seorang
individu yang sejak kelahirannya (dan dari penciptaannya) dibekali dengan
hakikat manusia itu, untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, ia
dilengkapi dengan dimensi-dimensi kemanusiaan yang tidak lain adalah juga
cakupan wilayah hak asasi manusia yang melekat pada diri individu itu. Dimensi-dimensi
itu adalah:
a. Dimensi
kefitrahan
Kata kunci yang menjadi isi dimensi
kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran. Kandungan dimensi kefitrahan ini
dapat dibandingkan dengan makna teori tabularasa (jhon locker). Menyatakan
bahwa individu ketika dilahrkan ibarat kertas putih, bersih dan belum tertulis
apapun. Dengan kefitrahannya itu, individu memang pada dasarnya, sejak
dilahirkan dalam keadaan bersih. Namun, kondisi belum tertuliskan apapun sebagaimana dinyatakan dalam teori
tabularasa tidaklah menjadi ciri dimensi
kefitrahan yang dimaksudkan itu. Didalam kefitrahan telah tertuliskan
kaidah-kaidah kebenaran dan keluruhan yang justru menjadi cirri kandungan utama
dimensi ini. Jadi dengan demikian dimensi kefitrahan tidak sama dengan
tabularasa menurut jhon locke.
b. Dimensi
keindividualan
Kata kunci yang terkandung dalam
dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan. Disini dimaksudkan bahwa
setiap individu pada dasarnya memiliki potens, baik potensi fisik maupun mental
psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat dan kemampuan pribadi lainnya.
Kenyataan keilmuan yang menampilkan isi dimensi keindividualan ini adalah apa
yang sering digolongkan kedalam kaidah-kaidah perbedaan individu (individual
difference) dan penampilan statistic berupa kurva (baik kurva normal ataupun
kurva tidak normal).
c. Dimensi
kesosialan
Kata kunci dari dimensi kesosialan
adalah komunikasi dan kebersamaan. Dengan bahasa (baik bahsa verbal maupun
non-verbal, lisan maupun tulisan) individu menjalani komunikasi atau hubungan
dengan individu lain. Disamping itu individu juga menggalang kebersamaan dengan
individual lain dalam berbagai bentuk.
d. Dimensi
kesusilaan
Kata kunci kandungan dimensi
kessilaan adalah nilai dan moral. Sesuatu dapat dinilai sangat tinggi (misalnya
dengan diberi label baik), seang (dengan label cukup), atau rendah (dengan
label rendah). Rentang penilaian itu dapat dipersempit dapat pula diperlebar.
Sedangkan ketentuan moral biasanya diikuti oleh sanksi atau bahkan hukuman bagi
pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat, hokum ilmu dan kebiasaan.
e. Dimensi
keberagaman
Kata kunci kandungan dimensi
keberagamaan adalah iman dan taqwa. Dalam dimensi ini terkandung pemahaman
bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecendrungan dan kemampuan untuk
mempercai adanya sang maha pencipta dan maha kuasa serta mematuhi segenap
aturan dan perintahnya.
2.
Pancadaya.
Untuk memungkinkan
perkembangan individu kearah yang dimaksud itu manusia dikaruniai oleh sang
maha pencipta lima jenis bibit pengembangan yang dalam ini disebut pancadaya
yaitu:
a. Daya
takwa.
Merupakan basis dan kekuatan
pengembangan yang secara hakiki ada pada diri manusia (masing-masing individu)
untuk mengimani dan mengikuti perintah dan larangan tuhan yang maha esa.
b. Daya
cipta.
Bersangkut paut dengan kemampuan
akal, pikiran, fungsi kecerdasan dan fungsi otak
c. Daya
rasa.
Mengacu kepada kekuatan yang
mendorong individu atau emosi yang sering disebut sebagai unsur afektif.
Hal-jal yang terkait dengan suasana hati dan penyikapan termasuk kedalam daya
rasa.
d. Daya
karsa.
Merupakan kekuatan yang mendorong
individu untuk melakukan sesuatu, secara dinamis bergerak dari satu posisi ke
posisi lain, baik dalam arti psikis maupun keseluruhan dirinya. Daya karsa ini
mengarahkan individu untuk mengaktifkan dirinya, untuk berkembang, untuk
berubah dan keluar dari kondisi status-quo.
e. Daya
karya
Mengarah pada yang dihasilkannya
nyata yang secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri
sendiri, orang lain atau lingkungan.
Pancaday yang merupakan
potensi dasar kemanusiaan itulah yang menjadi isi hakiki kekuatan pengembangan
keseluruhan dimensi kemanusiaan.
B.
Hakekat
manusia dalam berbagai pandangan.
1.
Pandangan
filsafat tentang hakekat manusia
Dalam buku filsafat
pendidikan (jalaludin dan Abdullah, 2013), Dalam hal ini menjelaskan, ada empat
aliran yang akan dibahas. Yaitu:
a. Aliran
serba zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau
materi. Menurut Muhammad nursyam (1991). Mengatakan bahwa “Alam ini adalah zat
atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia adalah
zat atau materi”.
b. Aliran
serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di
dunia ini ialah roh. Sementara zat
adalah maniifestasi dari roh. Menurut fiche, segala sesuatu yang ada (selain
roh) dan hidup itu hanyalah perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari roh.
Dasar pikiran aliran ini adalah bahwa roh itu lebih berharga, lebih tinggi
nilainya dari pada materi.
c. Aliran
dualism. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan
rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsure asal, yang adanya
tidak tergantung satu sama lain
d. Aliran
eksistensialisme. Aliran fisafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia
merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai
manusia secara menyeluruh.
2.
Pandangan
ilmu pengetahuan tentang hakikat
manusia.
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari
teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu: Pertama, tingkat pra manusia yang
fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan
fosil Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya
ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus. Ketiga,
manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah
digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya
dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo
Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat,
manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak
dan nalarnya.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada
dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk
yang memiliki karakter paling unik.Manusia secara fisik tidak begitu berbeda
dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak
perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam
kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas.Walaupun ada binatang yang bergerak di
darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Diantara karakteristik manusia adalah :
a.
Aspek Kreasi
b.
Aspek Ilmu
c.
Aspek Kehendak
d.
Pengarahan Akhlak
C.
Hakikat
manusia dan pengembangannya.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Penidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik,
pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar
dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki cirri khas yang secara perinsipil
berbeda dari hewan. Cirri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk
dari kumpulan terpadu (integrated)
dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
1. Sifat
hakikat manusia
Sifat hakikat manusia
diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil menjadi pembeda antara
manusia dan
hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika
dilihat dari segi biologisnya.
Beberapa filosof
seperti Socrates menamakan manusia itu zoon
politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia
sebagai Das Kranke Tier (hewan yang
sakit). (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 3) yang selalu gelisah dan
bermasalah.
Upaya manusia untuk
mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah
ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang untuk
menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera, tetapi ternyata gagal.
Tidak ditemukannya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai
bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang besifat gradual.
2. Wujud
sifat hakikat manusia
Dalam hal ini Umar
Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010 memaparkan wujud sifat manusia (yang tidak
dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan
maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:
a. Kemampuan
menyadari diri.
Berkat adanya kemampuan menyadari
diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki
ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan
dirinya dengan orang lain ataupun hewan disekitarnya. Bahkan bukan hanya bisa
membedakan, namun juga bias membuat jarak (distansi) dengan lingkungan baik
yang berupa pribadi maupun non pribadi (benda).
b. Kemampuan
bereksistensi
Karena manusia memiliki kemampuan
bereksistensi maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain,
adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan didalam kandang dan
tumbuh-tumbuhan didalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi. (Umar
Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 6).
Kemampuan bereksistensi perlu
dibina melalui pendidikan, peserta didik akan diajar agar belajar dari
pengalaman, belajar mengantisipasi waktu keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan Serta mengembangkan daya imajinasi kretif sejak dari masa
kanak-kanak.
c. Kata
hati (conscience of man)
Manusia memiliki pemahaman yang
menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan
mengerti juga akibatnya (baik atau buruk) bagi manusia sebagai manusia.
Dengan sebutan “pelita hati” atau
“hati murni” menunjukkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan pada diri manusia
yang memberi penerapan tentang baik buruknya perbuatannya sebagai manusia.
Dengan kata lain dapat disimpulkan juga bahwa kata hati itu adalah kemampuan
membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia
sebagai manusia.
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai
bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral
(yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Seseorang
dikatan bermoral tinggi karena ia menyatukn diri dengan nilai-nilai yang
tinggi, serta segenap perbuatannya merupakan pergerakan dari nilai-nilai yang
tinggi tersebut.
e. Tanggung
jawab.
Kesediaan untuk menanggung segenap
akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang
yang bertanggung jawab. Wujud orang bertanggung jawab bermacam-macam, ada
tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan
tanggung jawab kepada tuhan.
Disini tanpak betapa eratnya
hubungan antara kata hati, moral dan tanggung jawab. Kata hati memberi pedoman,
moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan kesedian menerima konsekuensi
dari perbuatan.
f. Rasa
kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, tetapi
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang
kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
Orang yang hanya mungkin merasakan
adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan
dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan kata lain, ikatan luar (yang
membelenggu) telah berubah menjadi ikatan dalam (yang menggerakkan).
g. Kewajiban
dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam
gejala yang timbul sebagai menifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Dalam realitas
hidup sehari-sehari, umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Benarkah
kewajiban dianggap beban oleh manusia? Ternyata bukan beban melainkan suatu
keniscayaan. (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 10). Artinya selama
seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka
kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya. Sebab jika mengelakkan maka ia
berarti mengingkari kemanusiaannya (yaitu sebagai kenyataan makhluk social).
h. Kemampuan
menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan itu dapat diusahakan
peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu: kemampuan berusaha dan
kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian
pendidikan mempunya peranan penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan,
utamanya pendidikan keagamaan.
Pandangan Max Scheler tentang manusia
“Manusia yang menghargai kebahagiaan adalah pribadi manusia yang menghayati
segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia menghayati kebahagiaannya apabila jiwanya bersih dan
stabil, jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinaan
hidup yang kukuh dan bertekat untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.”
(Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 16).
Referensi
Jalaludin
dan Abdullah, 2013. filsafat pendidikan
(manusia, filsafat, dan pendidikan). Jakarta. Rajawali Pers
Musthofa,Rembagy.2008. Pendidikan
Transformatif .Yogyakarta.Teras
Prayitno, 2009.dasar teori dan praksis pendidikan. Jakarta.
PT grasndo
Tirtahardja,
Umar dan La Sulo,S.L, 2010. Pengantar
pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta
0 Response to "Hakikat Manusia"
Post a Comment