2. MEMAHAMI SISTEM MANUSIA SEBAGAI KLIEN
MEMAHAMI SISTEM MANUSIA
SEBAGAI KLIEN
1.
General
System Theory
Salah satu keuntungan dari pendekatan system adalah
membantu kita untuk memahami sifat dari man-machine
sebagaimana interaksi orang ke orang. Pada masa
komputerisasi seperti sekarang ini pendekatan sistem menjadi aspek yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, pendekatan sistem
menawarkan sebuah alat yang sangat kuat untuk memahami pengaruh mesin terhadap
sikap dan pengalaman manusia.
a.
Cybernetics
Cybernetics
adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana proses kognitif manusia yang mendapat stimulasi dari computer. Hal
ini pertama kali
ditemukan oleh Nobert Wiener (1948) yang memperkenalkan studi masalah control
dan komunikasi antara manusia dengan pusat kontrol
komputer.
Bidang cybernetics
memberikan beberapa konsep penting yang berguna untuk mengoperasikan semua
jenis sistem manusia yang
kompleks; konsep tersebut adalah: control,
entropy, dan feedback.
·
Control, focus
pada berbagai prosedur dan alat-alat yang mengatur berbagai proses kerja dalam
suatu system.
·
Entropy, menunjukan kecenderungan berbagai system untuk
stagnan atau ‘run down’. Dalam system
manusia entropy seringkali
diakibatkan oleh pengikisan keyakinan dan kepercayaan secara berangsur-angsur
didalam sistem kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi.
·
Feedback, hanya
mungkin terjadi ketika komunikasi antar komponen berlangsung. Dalam analisa sistem kita mengenal
bentuk hubungan yang mungkinkan komunikasi sebagai ‘feedback loops’.
b.
Sistem
Terbuka dan Tertutup
Berdasarkan dasar pemahaman terhadap feedback loops kita dapat mengkonseptualisasikan
dua jenis sistem;
yakni sistem terbuka dan
tertutup.
·
System
tertutup, merupakan sistem mengasingkan
individu dari lingkungan alami mereka. hal ini terjadi karena individu tersebut
tidak melakukan pertukaran energi,
barang atau perkara dan informasi dengan lingkungan luar. Individu tersebut
mempunyai kapasitas kecil atau bahkan tidak berkapasitas untuk melakukan
pembaharuan.
·
System
terbuka merupakan
sistem yang secara terus-menerus melakukan pertukaran informasi, energi dan materi dengan
lingkungan sekitar. Semua makhluk hidup merupakan bagian dari sistem terbuka,
dimana ketika mereka dibatasi dari lingkungan luar maka mereka akan sakit dan
mati.
Ketika suatu sistem masih terbuka maka ia
dikarakteristikan sebagai performa
self-regulation dan steady state. Sistem
terbuka menjaga kemantapan output dan self-characteristic
regulating karena mereka mampu memanfaatkan feedback untuk membangun kontrol.
Dalam sistem manusia kemampuan jenis ini disebut pembaharuan diri atau ‘self-renewal’ (Gardner, 1962).
2. Mengsistem analisa
Manusia
Salah satu keuntungan dari sistem analisa adalah memungkinkan kita fokus pada pengoperasian
satu bagian dari aspek sistem yang berhubungan tanpa mengacuhkan atau takut
terhadap komponen atau bagian-bagian didalamnya (Barrien, 1976)
Sistem analisa menekankan pada hubungan dan
keterkaitan yang melekat dalam setiap fenomena yang membuat hubungan dan
keterkaitan tersebut menjadi sebuah alat yang kuat untuk memahami sistem sosial
dan perilaku orang-orang dalam sistem tersebut.
Sistem analisa menunjukan kepada kita bahwa
perubahan bagian dalam sistem secara total dalam hal fungsi sistem membawa
perubahan terhadap komponen-komponen lain yang berada dalam sebuah sistem.
Kesadaran tentang kompleksitas dan
keterkaitan dalam fungsi sistem memiliki kemungkinan yang semakin besar
terhadap campur tangan (Goulner, 1964).
Sistem berpikir menunjukan kepada kita bahwa kita
tidak hanya berpikir sebagai anggota bagian dari personalitas individu melainkan sebuah bagian dari
sistem yang berperan memainkan sebuah peranan dan menempati suatu posisi dalam
sistem yang saling berhubungan dan terkoneksi.
Sistem berpikir bukanlah sesuatu yang sederhana
karena hal tersebut menuntut level toleransi yang tinggi untuk kompleksitas dan
ambiguitas. Sistem berpikir mendorong individu yang ada didalamnya berpindah
kedalam level kognitif yang semakin berkembang dan kompleks.
3. Kerangka Kerja Untuk Membantu
Sistem Klien.
Kerangka kerja yang akan dibahas pada sub bab ini bisa menjadi pedoman
yang baik untuk diikuti, bahkan dalam situasi konseling indivual. Sebagaimana
sistem klien yang semakin beragam dan kompleks maka penggunaan prinsip-prinsip
berikut menjadi semakin penting;
a.
Proses
perubahan hendaknya dilakukan secara kolaboratif dalam konteks alami.
Prinsip ini menyatakan bahwa perubahan pada sistem klien hendaknya dilakukan
secara demokratis dan terbuka.
b.
Perubahan
hendaknya dilakukan secara edukatif dan produktif untuk semua anggota sistem
klien. Prinsip kedua dalam bekerja dengan sistem
klien adalah proses dari rencana perubahan hendaknya mengkondisikan seluruh
anggotanya menjadi produktif.
c.
Proses
perubahan hendaknya formatif
dan experimental dalam konteks lingkungan yang alamiah. Prinsip
ketiga dari perubahan yang demokratis dalam sistem klien adalah bahwa proses
hendaknya bersifat experimental atau coba-coba dalam berinovasi dan perubahan
juga hendaknya merepresentasikan usaha
untuk meningkatkan fungsi di dalam sistem klien dan mengembangkan segenap
anggota dalam sistem.
d.
Perubahan
hendaknya berfokus penyelesaian masalah, bukan berfokus pada kebutuhan personal
individu yang bertujuan untuk meningkatkan prestise. Prinsip dasar dalam bekerja dengan
sistem klien adalah bahwa proses harus berorientasi pada tugas. Upaya peserta, termasuk profesional, harus
relevan dengan tugas di tangan daripada
peningkatan kekuatan pribadi dan status
Ketika seorang konselor mampu membangun hubungan
yang baik serta membantu klien menyelesaikan masalah dengan berdasar pada ke
empat prinsip di atas
maka semua masalah klien yang berhubungan dengan masalah ras, etnik, dan
praktisi yang beragam dan kompleks akan teratasi.
4. Memahami Resistensi
dari Sistem Klien
Resistensi untuk berubah adalah elemen homeostatic yang membantu seseorang
menjaga stabbilitas, konsistensi, dan keseimbangan personalitas manusia
(Watson, 1967). Semakin banyak pengalaman tidak stabil, menyakitkan, dan
bergejolak yang dialami maka seorang individu akan semakin baik dalam mencoba
untuk menghindari perubahan, bahkan yang terencana secara terperinci dan jelas.
Seorang konselor professional yang bekerja dengan
keluarga maupun organisasi hendaknya
memiliki kemampuan untuk menghadapi hal tersebut dan menganggap resistensi
sebagai proses yang tak terpisahkan dalam sebuah proses perubahan.
5. Sekolah dan Komunitas
sebagai Sistem Klien
Berhasil tidaknya seorang konselor profesional dalam
bekerja dalam setting
pendidikan misal sekolah, universitas atau komunitas dalam skala yang besar
yang meliputi pelayanan kemanusiaan dapat dilihat dari caranya memahami konteks
sosial dari klien mereka.
a. Komunitas
Komunitas merupakan sistem manusia yang kompleks
yang bergantung pada usaha-usaha yang bersifat kolektif dan kooperatif guna
mencapai tujuan. Komunitas memiliki sub sistem yang meliputi komunitas
yang besar, memiliki
bentuk yang berbeda-beda, dan mengembangkan norma dan ekspektasi yang
berbeda-beda pula serta merefleksikan ukuran, komposisi, usia, kohesifitas, dan
yang paling penting adalah dasar dan tujuan dari organisasi tersebut didirikan.
b. Sekolah
Sekolah merupaka sistem pendidikan yang secara umum
mempunyai karakteristik dan masalah yang unik.
Sekolah bisa diklasifikasikan kedalam organisasi pelayanan (Blau & Scott,
1962). Dalam hal ini siswa berperan sebagai public-in-contact
dari sekolah, yakni populasi yang sekolah bangun untuk dilayani.
Siswa lebih dianggap sebagai input dalam sebuah system input dimana sebuah sistem bekerja. Siswa juga
dianggap sebagai input pasif, pasangan
aktif atau keuntungan utama dari sebuah sistem operasi. Sementara guru dan para
administrator yang lain di anggap sebagai peserta aktif dari sebuah sistem yang
mana mereka memperbaiki perilaku anggota lain dalam sistem.
Dalam sistem manusia kita dapat mengidentifikasi dua
pola secara garis besar, yakni:
komunikasi instrumental yang berhubungan dengan area kognitif dimana bertujuan untuk mengubah
perilaku yang sederhana, misal tutup jendela, dll. Komunikasi
ekspresif yakni
komunikasi yang bertujuan
untuk berbagi emosi dan sikap.
Sumber : Donald H.Blocher ( 2007).The Professional Counselor. New York :
Macmilan Publishing Company.Page 73-202)
0 Response to "2. MEMAHAMI SISTEM MANUSIA SEBAGAI KLIEN"
Post a comment